Selasa, 08 Oktober 2013

IPS - KEBUDAYAAN JAWA BARAT


TUGAS INDIVIDU IPS
“KEBUDAYAAN JAWA BARAT”



NAMA: SUSI FEBRINA
KELAS: XII - KEP 1


GURU PEMBIMBING:
Ibu NURHAYANI, Spd


SMK KESEHATAN LOGOS
Jl. Raya Bojonggede No.53 Pabuaran Bogor
Telp/Fax : 021 - 87986655


LAMBANG PROVINSI JAWA BARAT


Lambang Jawa Barat



 "Gemah Ripah Repeh Rapih"

("Makmur Sentosa Sederhana Rapi")



KATA PENGANTAR

       Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuk dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas IPS ini untuk penambahan ilmu pengetahuan di kelas XII. Tugas ini hadir untuk memenuhi keperluan nilai dan penambahan sebagai salah satu sumber/media pembelajaran dalam meningkatkan sumber daya manusia pada siswa/i.
       Tugas ini berisi tentang sejarah provinsi Jawa Barat, peralatan yang digunakan, bahasa, dan yang lain sebagainya yang akan kami ulas di pembahasan materi. Di Tugas ini, kami sebagai penyusun tugas IPS sangat berterimakasih kepada Ibu guru, karena telah memberi ilmu pengetahuan kepada kami tentang ilmu pelajaran yang diberikan kepada kami selama ini.
       Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam mengerjakan tugas ini, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati, guna penyempurnaan tugas-tugas berikutnya.










23 Januari 2012
                                             Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. 2
DAFTAR ISI.................................................................................................  3
1.     BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................  4
1.      LATAR BELAKANG
2.      RUMUSAN MASALAH
3.      TUJUAN PENULISAN
2.     BAB II
PEMBAHASAN TEORI....................................................................... 7
1.      SEJARAH JAWA BARAT
2.      SISTEM PEREKONOMIAN JAWA BARAT
3.      PENDUDUK DI JAWA BARAT
4.      SISTEM KEPERCAYAAN DI JAWA BARAT
5.      MATA PENCAHARIAN JAWA BARAT
6.      KESENIAN JAWA BARAT
7.      PAKAIAN ADAT JAWA BARAT
8.      RUMAH ADAT JAWA BARAT
9.      SENJATA JAWA BARAT
10.  TRANSPORTASI JAWA BARAT
11.  MAKANAN KHAS JAWA BARAT
3.     BAB III
PENUTUP............................................................................................ 16
4.1        KESIMPULAN
4.2        SARAN-SARAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bandung. Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (Staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Bagian barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ibu kota negara Indonesia. Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian barat. Saat ini terdapat wacana untuk mengubah nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, dengan memperhatikan aspek historis wilayah ini. Namun hal ini mendapatkan penentangan dari wilayah Jawa Barat lainnya seperti Cirebon dimana tokoh masyarakat asal Cirebon menyatakan bahwa jika nama Jawa Barat diganti dengan nama Pasundan seperti yang berusaha digulirkan oleh Bapak Soeria Kartalegawa tahun 1947 di Bandung maka Cirebon akan segera memisahkan diri dari Jawa Barat, karena nama "Pasundan" berarti (Tanah Sunda) dinilai tidak merepresentasikan keberagaman Jawa Barat yang sejak dahulu telah dihuni juga oleh Suku Betawi dan Suku Cirebon serta telah dikuatkan dengan keberadaan Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 yang mengakui adanya tiga suku asli di Jawa Barat yaitu Suku Betawi yang berbahasa Melayu dialek Betawi, Suku Sunda yang berbahasa Sunda dan Suku Cirebon yang berbahasa Bahasa Cirebon (dengan keberagaman dialeknya).
2.      RUMUSAN MASALAH
a.       Apa saja unsur-unsur dari daerah Jawa Barat.
b.      Apa mata pencaharian dan sistem ekonomi di masyarakat Jawa Barat.
c.       Bahasa apa yang digunakan masyarakat Jawa Barat.

3.      TUJUAN PENULISAN
a.       Agar siswa mengetahui unsur-unsur apa saja yang terkandung di masyarakat.
b.      Untuk mengetahui bagaimana sistem perekonomian dan kebudayaan di Jawa Barat.
c.       Mengetahui rumah, pakaian, dan senjata khas Jawa Barat.






















BAB II
PEMBAHASAN

1.      SEJARAH
Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sejak sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon. Jawa Barat  pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.
Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak. Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.
Untuk menghadapi ancaman ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu, meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan orang Portugis di Malakauntuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa, kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal, ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padrão di tepi Ci Liwung.
Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan, menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.
Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat.
Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuur- shervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasaSunda sebagai bahasa ibu. Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.
Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.

2.      SISTEM PEREKONOMIAN JAWA BARAT
Jawa Barat selama lebih dari tiga dekade telah mengalami perkembangan ekonomi yang pesat. Saat ini peningkatan ekonomi modern ditandai dengan peningkatan pada sektor manufaktur dan jasa. Disamping perkembangan sosial dan infrastruktur, sektor manufaktur terhitung terbesar dalam memberikan kontribusinya melalui investasi, hampir tigaperempat dari industri-industri manufaktur non minyak berpusat di sekitar Jawa Barat.PDRB Jawa Barat pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 milyar (US$ 27.26 Billion) menyumbang 14-15 persen dari total PDB nasional, angka tertinggi bagi sebuah Provinsi. Bagaimanapun juga karena jumlah penduduk yang besar, PDB per kapita Jawa Barat adalah Rp. 5.476.034 (US$644.24) termasuk minyak dan gas, ini menggambarkan 82,4 persen dan 86,1 persen dari rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk minyak dan gas 4,91 persen termasuk minyak dan gas, lebih baik dari Indonesia secara keseluruhan. (US$1 = Rp. 8.500,-).

3.      PENDUDUK DI JAWA BARAT
Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Di Kabupaten CirebonKota Cirebon dan Kabupaten Kuningan dituturkan bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kecamatan Tarumajaya dan Babelan  (Kabupaten Bekasi) dan Kota Depok bagian utara dituturkanBahasa Melayu dialek Betawi. Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas; masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah JABOTABEK (sekitar Jakarta) dan masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa.Pada tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km persegi.Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per tahun.
Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show, misalnya Bandung TV  memiliki program berita menggunakan Bahasa Sunda serta Cirebon Radio yang Menggunakan ragam Bahasa Cirebon Bagongan maupun Bebasan. Begitu pula dengan media massa cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti majalah Manglé dan majalah Bina Da'wah yang diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.
4.      SISTEM KEPERCAYAAN DI JAWA BARAT
Orang Jawa Barat sebagian besar secara nominal menganut agama Islam. Tetapi ada juga yang menganut agama Protestan dan Katolik. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan. Penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan pula di antara masyarakat Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat terkenal akan sifat sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa Barat sehingga kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.
5.      MATA PENCAHARIAN JAWA BARAT
Mata pencaharian pokok orang Sunda pada umumnya bertani. Diperkirakan ada 85 % penduduk Jawa Barat hidup dari hasil pertanian. Daerah persawahan di Jawa Barat terbentang di sepanjang daerah pantai utara dari timur laut serta di pedalaman yang merupakan daerah pegunungan. Selain bertani juga orang Sunda menguasai usaha bercocok tanam di ladang.  Untuk mengisi waktu panen penduduk di daerah melakukan usaha membuat kerajinan tangan seperti membuat anyaman, bordir pakaian dan sebagainya. Sebagian  penduduk ada yang  bermatapencaharian sebagai buruh pabrik, nelayan, pengrajin, guru, pegawai negeri dan pengusaha.

6.      KESENIAN JAWA BARAT
a.       Pencak silat
b.      Jaipong
c.       Gamelan
d.      Wayang Golek
e.       Kuda Renggong
f.       Sisingaan
g.      Kuda Lumping
h.      Angklung
i.        Tari Topeng
j.        Tarling
k.      Degung
l.        Calung
m.    Tayub
n.      Cianjuran
o.      Kiliningan
p.      Tari Ketuk Tilu
q.      Rampak Kendang
r.        Yanuar Wita
s.       Lagu Manuk Dadali
t.        Lagu Cing Cang Keling

7.      PAKAIAN ADAT JAWA BARAT
Pakaian adat Jawa khususnya pakaian adat Jawa Barat mempunyai ciri khas yaitu penggunaan kebaya sebagai tanda kentalnya unsur budaya tradisional. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi besar di Indonesia yang mempunyai beragam pakaian tradisional atau pakaian adat. Pakaian adat jawa barat di bagi menjadi beberapa golongan, seperti pakaian rakyat biasa, pakaian golongan menengah, dan pakaian adat bangsawan yang hanya dikenakan oleh kaum bangsawan.
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS6CCoAv4jYaIA0bzCOgWvREaimSQt3DSKhJ6sHhmr9qGkQ5yV3
8.      RUMAH ADAT JAWA BARAT
Secara tradisional rumah orang Sunda berbentuk panggung dengan ketinggian 0,5 m - 0,8 m atau 1 meter di atas permukaan tanah. Pada rumah-rumah yang sudah tua usianya, tinggi kolong ada yang mencapai 1,8 meter. Kolong ini sendiri umumnya digunakan untuk tempat mengikat binatang-binatang peliharaan seperti sapi, kuda, atau untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti cangkul, bajak, garu dan sebagainya. Untuk naik ke rumah disediakan tangga yang disebut Golodog yang terbuat dari kayu atau bambu, yang biasanya terdiri tidak lebih dari tiga anak tangga. Golodog berfungsi juga untuk membersihkan kaki sebelum naik ke dalam rumah.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRqx6Gaq_Vts23Iomi1gNUvIAmqpLOLpbdTS_tx9cJG1jQPzLwn9a6yE9GHg4b_5GBdBbA9TVERcHp2HNp3sTC4qLQUC9Xjiai_emPm9ky1x_ZOqf9viiWE3-Z1jDgUWhIJnFwMz09gCZ1/s320/rumah+adat.jpg






9.      SENJATA JAWA BARAT
Senjata khas dan unik dari provinsi Jawa Barat adalah kujang. Kujang mulai dibuat sekitar abad ke-8 atau ke-9. Kujang biasanya terbuat dari besi atau baja. Panjang kujang sekitar 20 cm hingga 25 cm, dan berat kujang bisa mencapai 300 gram. Selain sebagai senjata, masyarakat Jawa Barat menggunakan kujang juga sebagaialat pertanian, hiasan, maupun cenderamata. Kujang merupakan alat yang melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi hak dan kebenaran. Pada zaman dahulu, kujang digunakan oleh orang-orang tertentu saja, misalnya, raja, prabu anom, golongan pangiwa, penengen, agamawan, serta para putri raja.
Berdasarkan fungsinya, kujang terbagi empat, antara lain: Kujang Pusaka (lambang keagungan dan pelindungan keselamatan), Kujang Pakarang (untuk berperang), Kujang Pangarak (sebagai alat upacara) dan Kujang Pamangkas (sebagai alat berladang). Berdasarkan bentuk bilah, kujang terbagi menjadi Kujang Jago (menyerupai bentuk ayam jantan), Kujang Ciung (menyerupai burung ciung), Kujang Kuntul (menyerupai burung kuntul/bango), Kujang Badak (menyerupai badak), Kujang Naga (menyerupai naga) dan Kujang Bangkong (menyerupai katak). Di samping itu terdapat pula bilah kujang berbentuk wayang kulit dengan tokoh wanita sebagai simbol kesuburan.
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTtOrv1WRpc82HW_trRqpP-cJHkggNw_UnxxDUozAHZo3YopcDP           http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQLZ5MigNHzSnkAMJy_zr1JC2FyUo49VXOyN8W6UnRqlZ7QQ_z-

10.  TRANSPORTASI JAWA BARAT
Delman dan Pedati adalah alat transportasi darat (tradisional) yang ada di Jawa Barat. Dua alat transportasi inilah yang dulu digunakan oleh Warga Jawa Barat sebelum kini terisisihkan oleh kendaraan modern seperti mobil dan sepeda motor. Berikut adalah hasil penelusuran KarIn di Museum Sri Baduga Jawa Barat yang berada di Jl. BKR. No.195 Bandung ini.
Delman
Kereta pengangkut yang ditarik kuda atau disebut juga Kretek. Awalnya hanya digunakan oleh kalangan bangsawan. Kini masih menjadi alat transportasi masyarakat di kawasan Priangan.  Asal muasal: Ciparay, Kab. Bandung.
Pedati
Alat transportasi darat ini menggunakan sapi atau kerbau sebagai tenaga penariknya. Pada umumnya digunakan untuk mengakut beban berat, seperti bahan bangunan, hasil bumi dan sebagainya. Kereta barang ini dijalankan pada malam hari, agar tidak menggangu kelancaran lalu lintas. Asal muasal : Kabupaten Indramayu.
sado atau delman - www.karawanginfo     http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcScD0dgDf3BTMnjQTKJloGqMLICO44_h8S08KBlpoeWmm2FSqtYgA
DELMAN                                          PEDATI




11.   MAKANAN KHAS JAWA BARAT
Berbagai makanan khas Jawa Barat dapat ditemui di berbagai tempat. Mulai dari makanan dengan rasa yang pedas, asam, hingga manis. Berbagai makanan itu antara lain angeun hasem, ali agrem, acar lauk, dan acar bonteng. Angen hasem atau yang lebih dikenal dengan nama sayur asam adalah sejenis campuran berbagai macam sayur, seperti kacang panjang, kacang tanah, jagung muda, daun melinjo, serta buah melinjo.
Makanan lainnya adalah ali agrem, yaitu makanan selingan yang terbuat dari tepung beras. Bentuknya bulat dengan tempat yang kosong di tengah-tengahnya. Selain itu ada acar lauk, yaitu makanan yang terbuat dari ikan dan diberikan bumbu. Makanan khas Jawa Barat lain adalah acar bonteng, yaitu makanan yang terbuat dari bonteng atau ketimun, cengek atau cabai rawit, serta wortel. Selain itu, makanan khas Sunda yang sering dikenal banyak orang antara lain nasi timbel, lalapan, serta sambal dadak.

















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bandung. Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (Staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.
Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sejak sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon. Jawa Barat  pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.
B.     SARAN
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan kepada pembaca adalah:
1)      Mampu menjaga kebudayaan sendiri agar tidak dijajah oleh budaya asing.
2)      Mengembangkan hasil kebudayaan murni Indonesia sebagai landasan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaannya.
3)      Tidak membanding-bandingkan kebudayaan murni kita dengan budaya asing yang terkenal dengan ke moderenannya.

1 komentar: