KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PRE DAN POST HERNIATOMI PADA Tn. T DENGAN HERNIA INGUINALIS DI RUANG
MELATI RSUD CIBINONG
DISUSUN OLEH:
SUSI FEBRINA
10.030
SMK KESEHATAN LOGOS
JALAN RAYA BOJONG GEDE NO. 53
PABUARAN BOGOR
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Industri.
Tujuan dibuatnya Laporan Praktek Kerja Industri ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat dalam mengikuti Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional serta
melatih siswa/siswi membiasakan diri untuk memahami keadaan lingkungan di luar
sekolah. Saya berharap dengan diselesaikannya laporan ini, dapat mengetahui
lebih dalam mengenai dunia kerja/industri yaitu di tempat prakerin di RSUD
Cibinong, dalam pembahasan yang saya akan ulas tentang Asuhan Keperawatan pada
Hernia, saya selaku siswi mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang
tua kami yang telah memberikan semangat dan doa kepada kami dalam menjalani
pendidikan di SMK Kesehatan LOGOS.
2. Direktur
RSUD Cibinong yang telah mempercayai SMK Kesehatan LOGOS untuk memperdalam
teori ke dunia yang nyata.
3. Wahyu
Budi S,SKM selaku kepala sekolah yang telah membimbing kami dalam belajar
selama kami di SMK Kesehatan LOGOS.
4. Nawangsih,
S.Pd selaku wakil kepala sekolah yang juga telah memberikan pengarahan kepada
kami dalam pembuatan laporan.
5. Dra.
Hj. Ida Faridah sebagai wali kelas kami yang telah memberikan dukungan dan
semangat tentang penulisan karya tulis ilmiah.
6. Herniaty
S.Kep selaku ketua Prodi yang telah membimbing kami dalam pembuatan Asuhan
Keperawatan.
7. Endri
Wahyuni, S.Kep selaku pembimbing I dalam tehnik penulisan karya tulis ilmiah.
8. Lilik
Suryani, S.Kep selaku pembimbing II kami dalam tehnik penulisan Karya Tulis
Ilmiah.
9. Para
instansi di RSUD Cibinong khususnya di Teratai atas dan Melati yang telah
memberikan ilmu baru dalam Asuhan Keperawatan.
10. Dan
semua instansi yang terkait di sekolah SMK Kesehatan LOGOS untuk adikku, dan
teman-teman seperjuangan selama belajar di SMK Kesehatan LOGOS.
Penulis
menyadari masih banyak kekurangan, baik dalam hal pelaporan studi kasus, nama
dan gelar, serta hal-hal yang menyangkut tentang pembahasan tugas karya tulis
ilmiah. Untuk itu, saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan agar menjadi acuan di waktu yang mendatang.
Bojonggede,
06 Mei
2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Lembar
Persetujuan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Lembar
Persembahan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
Daftar
Isi . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Tujuan
Penulisan . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1. Tujuan
Umum . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 3
2. Tujuan
Khusus . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 4
C. Ruang
Lingkup . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
D. Metode
Penulisan . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
E. Sistematika
Penulisan . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 8
B. Etiologi . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
C. Patofisiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 10
1. Proses
perjalanan penyakit . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 10
2. Manifestasi
klinik . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 13
3. Komplikasi . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 14
4. Derajat
/ klasifikasi . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 14
D. Penatalaksanaan
. . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 15
1. Terapi . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 15
2. Tindakan
medis . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 16
E. Konsep
Hospitalisasi . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 17
F. Pengkajian
Keperawatan . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 18
G. Diagnosa
Keperawatan . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 21
H. Perencanaan
Keperawatan . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . 22
I. Pelaksanaan
Keperawatan . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 23
J. Evaluasi
Keperawatan . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 24
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 26
B. Diagnosa . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 44
C. Perencanaan . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 45
D. Pelaksanaan . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 48
E. Evaluasi .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
F. Tinjauan
Kasus . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
53
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . 59
B. Diagnosa . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . 60
C. Perencanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 61
D. Pelaksanaan
. . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . 62
E. Evaluasi
. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
BAB V EVALUASI
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 65
B. Saran
. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67
Daftar Pustaka .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
Lampiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . 70
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai
tatanan kehidupan manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini
semakin besar, sehingga meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap perawatan
yang berkualitas. Perkembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu bedah saat ini
sangat pesat. Hal ini juga harus didukung dengan peningkatan pemberian
perawatan pada pasien penderita penyakit bedah. Salah satunya adalah penyakit Hernia
yang paling sering ditemui di RSUD Cibinong. Hernia adalah tonjolan yang timbul
apabila pasien menangis, mengejan, atau berdiri dan biasanya menghilang secara
spontan bila pasien dalam keadaan istirahat atau terlentang.
Hernia adalah
penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui jaringan ikat tipis yang
lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu
kantong dengan pintu berupa cincin atau lubang. Lubang itu dapat timbul karena
lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, dan akibat tekanan rongga
perut yang meninggi.
Menurut keluhan pasien,
sakit dirasakan di perut kanan bawah (inguinalis) dan dibagian skrotum ketika
pasien mengangkat beban yang berat dan akan hilang ketika pasien beristirahat.
Menurut data dari National Center for Health Statistics,
Hernia Inguinalis menduduki peringkat pertama lima besar tindakan operasi
yang paling banyak dilakukan oleh ahli bedah Amerika pada tahun 1991 yaitu
sebanyak 680.000 kasus (Eubanks, 2001). Penelitian terhadap 2.538 veteran
pemerintah di Amerika yang menjalani Hernioraphy pada tahun 1966-1980
memperlihatkan 57% kasus Hernia Inguinalis Lateralis (Kong & Hiatt, 1997).
Menurut
Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102.000
anak menderita penyakit Hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia
penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan
rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun
berkisar antara 10.214 penderita.
Insiden Hernia adalah insiden yang
paling tinggi dilokasi praktek, yaitu sekitar 58 % yang dirawat di ruang melati
bedah RSUD Cibinong dibanding kasus lain yang dirawat. Setengah dari
kasus-kasus Hernia Inguinalis selama kanak-kanak terjadi pada bayi di bawah 5
tahun. Hernia pada sisi kanan lebih sering daripada Hernia sisi kiri (2 : 1)
dan sekitar 29 % pasien menderita Hernia Bilateral.
Resiko yang ditimbulkan dari penyakit Hernia
kebanyakan dialami oleh pria dewasa, ada juga resiko Hernia pada anak-anak.
Jika Hernia sudah menyebabkan infeksi didalam tubuh, kebanyakan penderita akan
terserang resiko nyeri. Untuk menghindari terjadinya komplikasi, maka
diperlukan tindakan bedah Herniotomi. Pembedahan traktus gastrointestinal
sering kali mengganggu proses fisiologi normal pencernaan dan penyerapan.
Mual, muntah dan nyeri dapat terjadi
selama pembedahan ketika menggunakan anestesi spinal. Selain itu, nyeri pada
luka operasi timbul akibat terputusnya kontinuitas jaringan sehingga terjadi
penekanan pada pembuluh darah yang mengakibatkan metabolisme anaerob. Hal ini
mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan sehingga aktivitas sehari-hari
dapat terganggu. Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya Asuhan Keperawatan
yang tepat agar dapat mencapai kesehatan yang optimal serta untuk menghindari
komplikasi pada pasien dengan post operasi Hernia Ingunalis.
Dalam mencermati masalah-masalah
tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui secara nyata pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan post operasi Hernia Inguinalis. Dengan
mengetahui pengertian, etiologi, pathway, dan Asuhan Keperawatan pada pasien
Hernia.
B. TUJUAN PENULISAN
1.
Tujuan
Umum
Siswa mampu
mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan post
operasi Hernia Inguinalis di RSUD Cibinong dengan pendekatan proses keperawatan
dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2. Tujuan Khusus
a.
Mampu
melakukan pengkajian pada Tn. T dengan post operasi Hernia Inguinalis.
b.
Mampu
menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. T dengan post operasi Hernia Inguinalis.
c.
Mampu
mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada Tn. T dengan post operasi
Hernia Inguinalis.
d.
Mampu mendiskripsikan tindakan dari Asuhan Keperawatan
pada Tn. T dengan post operasi Hernia Inguinalis.
e.
Mampu
melaksanakan evaluasi tindakan dari Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn.
T dengan post operasi Hernia.
f.
Mampu
mendokumentasikan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. T dengan post
operasi Hernia Inguinalis.
D.
RUANG LINGKUP
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,
penulis hanya membatasi permasalahan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. T
dengan Hernia di RSUD Cibinong yang dilaksanakan dari tanggal 17 Juni sampai
dengan 19 Juni 2012 di ruang melati bedah di RSUD Cibinong.
E.
METODE PENULISAN
Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah Metode Deskriptif,
dimana penyusun melaporkan kondisi pasien dengan apa adanya. Untuk memperoleh data yang akurat dalam penyusunan
laporan inti ini maka penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data yaitu :
1.
TEKNIK
WAWANCARA: Dilakukan secara langsung pada keluarga pasien dan perawat ruangan
2. OBSERVASI: Yaitu mengamati secara langsung prilaku pasien sehari-hari
3. STUDY LITERATUR: Untuk memperkuat landasan teori, penulis mencari informasi dari buku-buku
yang terkuat dengan kasus tersebut.
4. PEMERIKSAAN FISIK: Melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada pasien dengan inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi.
5.
STUDI
DOKUMENTASI: Dengan mempelajari dokumentasi pasien yang terdapat dalam status yang berisikan catatan keperawatan pasien.
F.
SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang penyusunan Karya Tulis Ilmiah, maka disusunlah Sistematika Penulisan
yang terdiri dari 5 bab yaitu:
BAB I: Berisi tentang PENDAHULUAN yang terdiri dari :
a.
Latar
belakang
b.
Tujuan
penulisan
c.
Ruang
lingkup
d.
Metode
penulisan dan
e.
Sistematika
penulisan.
Bab II : Berisi tentang TINJAUAN TEORI yang
meliputi:
a.
Pengertian
b.
Etiologi
c.
Patofisiologi,
d.
Manifestasi
klinik
e.
Komplikasi
f.
Klasifikasi
g.
Konsep
hospitalisasi
h.
Pengkajian
i.
Diagnosa
keperawatan
j.
Rencana
keperawatan
k.
Implementasi
dan
l.
Evaluasi.
Bab III: Berisi tentang TINJAUAN KASUS yang
membahas kasus pasien meliputi:
a.
Pengkajian
b.
Diagnosa
keperawatan
c.
Rencana
keperawatan
d.
Implementasi,
dan
e.
Evaluasi.
Bab IV: Berisi tentang PEMBAHASAN KASUS yang
bertujuan untuk menemukan kesenjangan antara konsep teori dan fakta kasus yang
ada, meliputi:
a.
Pengkajian
b.
Diagnosa
keperawatan
c.
Rencana
keperawatan
d.
Implementasi
dan
e.
Evaluasi.
Bab V : Berisi PENUTUP terdiri dari:
a.
Kesimpulan
b.
Saran.
Daftar Pustaka
Lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
PENGERTIAN
Hernia
adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di dinding otot
perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi jaringan,
peritoneal kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau
organ-organ internal lainnya. Faktor yang termasuk pembedahan mendadak pada peningkatan
tekanan intra-abdomen, yang mungkin terjadi selama mengangkat beban berat atau
batuk yang lebih bertahap dan berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan
intra-abdomen berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites. (Seymour I.
Schwartz, et.All. Principles of Surgery.
Companion handbook. Jakarta: EGC,2000).
Hernia
adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut atau
struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus melewati
beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati diafragma, atau
melewati struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius, Donna, et.All. Medical Surgical Nursing. Philadelphia:
W.B SaundersCompany,2000)
Hernia
adalah penonjolan sebuah organ-organ atau struktur melalui deteksi di dinding
otot perut atau kelemahan pada dinding rongga perut dimana berisi bagian-bagian
tersebut secara normal.
Hernia
mungkin terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu terjadi di rongga
abdominal. Itu diketahui sebagai penurunan. Jika Hernia tidak dapat
ditempatkan kembali di rongga abdominal, maka hal itu diketahui sebagai incarcerated. Dalam situasi ini aliran mungkin
menjadi obstruksi. Ketika Hernia ireduksi dan aliran intestinal dan supply
darah obstruksi, Hernia menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi intestinal
akut. (Lewis, Heitkemper, Dirksen. Medical
Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problem. Volume 2.
Fifth Edition. Mosby,2000)
Hernia
adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek Kongenital atau yang di dapat. Hernia adalah defek dalam dinding
abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau
kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan
materi abnormal. (dr.
Jan Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta
: EGC,2000)
Hernia merupakan
protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan yang terdiri atas cincin, kantong, dan isi Hernia.
(Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku
Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC,2005)
Hernia
adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta,2000).
Kesimpulan
pengertian dari beberapa ahli yaitu: Hernia adalah suatu benjolan diperut dari
rongga yang normal melalui lubang congenital atau didapat.
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa
hal seperti :
1.
Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan
salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan
intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau
latihan-latihan.
2.
Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan
tekanan intra-abdomen karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan
mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3.
Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang
meningkat terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
4.
Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra-abdomen.
5. Dan
terlalu seringnya mengangkat beban berat.
C.
PATOFISIOLOGI
1. PROSES
PERJALANAN PENYAKIT
Menurut Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2,1996. Hernia
diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75% dari Hernia
terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis atau
Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral atau insisional dinding abdomen,
3% adalah Hernia Umbilikalis.
Hernia
Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect. Hernia
Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi laki-laki.
Hernia Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang berkembang
sebagai testis turun ke dalam skrotum sebelum kelahiran. Sebuah kantung yang
berisi peritoneum, usus, atau omentum muncul melalui cincin Inguinalis dan mengikuti
spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis. Sering turun ke dalam skrotum.
Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat bawaan, mereka seringkali tidak
menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan intra-abdomen dan
pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan isi perut untuk memasuki saluran
tersebut.
Hernia Inguinalis
direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan dinding Inguinal
posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada orang dewasa
yang lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana kantung peritoneal
menonjol melalui cincin femoral. Hernia ini biasanya terjadi pada obesitas atau
wanita hamil.
Hernia Inguinalis
seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama pemeriksaan fisik
rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau tonjolan di
selangkang, terutama dengan mengangkat atau tegang. Pasien laki-laki biasanya
terdapat pengalaman baik nyeri atau rasa nyeri yang memancar\Collaborative Care
ke dalam skrotum, meskipun hanya dapat dirasakan dengan peningkatan tekanan
intra-abdomen (seperti yang terjadi selama batuk) dan dalam vagina dari skrotum
ke arah cincin inguinal.
Jika Hernia Inguinalis
dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga perut, baik secara spontan
sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring) atau dengan
tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi. Bila
isi hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat
diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia yang dipenjara terjebak, biasanya
dengan leher yang sempit atau membuka ke hernia. Penahanan meningkatkan risiko
komplikasi, termasuk obstruksi dan cekikan. Obstruksi terjadi ketika lumen usus
yang terkandung dalam hernia menjadi tersumbat, sangat mirip dengan Crimping
dari sebuah selang.
Jika suplai
darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit. Komplikasi ini
dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit yang parah
dan perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal. Perwujudan dari sebuah
Hernia terjepit meliputi nyeri dan distensi perut, mual, muntah, takikardia,
dan demam.
Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia
yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu
tindakan Herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam Fascia.
Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan,
sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek.
Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat
pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long C,
Barbara, Perawatan Medikal Bedah,
Jilid 2,1996)
2. MANIFESTASI
KLINIK
Menurut Oswari E. Pada buku Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,1993. Manifestasi klinik
yang terdapat pada Hernia Inguinalis adalah:
a.
Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal
yang hilang dan timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan peritonela
misalnya mengedan, batuk-batuk, menangis. Jika
pasien tenang dan berstirahat, maka benjolan akan hilang secara spontan.
b. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada
bayi bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat dimaksudkan
kembali rongga abdomen.
c. Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal reponibilitas, bila tidak dapat kembali
disebut Hernia Inguinal ireponbilitis. Bila usus tidak kembali karena
jepitan oleh Annulus Inguinali, maka akan terjadi gangguan pembuluh darah
dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut Hernia Strangulata.
d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi pada usia sekolah dibawah 1 tahun
(31 %), namun rata-rata terjadi pada 12 % kasus Hernia.
e. Bila isinya terjepit akan menimbulkan
perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.
Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan
sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
f. Hernia Femoralis kecil mungkin berisi
dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria)
disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
g. Hernia Diafragmatika menimbulkan
perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
h. Bila pasien mengejan atau batuk maka
benjolan Hernia akan bertambah besar.
2.
KOMPLIKASI
a. Hernia berulang,
b. Kerusakan pada pasokan darah, testis
atau saraf jika pasien laki-laki,
c. Pendarahan yang berlebihan / infeksi
luka bedah,
d. Luka pada usus (jika tidak
hati-hati),
e. Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,
f. Fostes urin dan feses,
g. Residip,
h. Komplikasi lama
merupakan atropi testis karena lesi.
4.
KLASIFIKASI
a. Menurut Tofografinya: Hernia
Inguinalis, Hernia Umbilikalis, Hernia Femoralis dan sebagainya.
b. Menurut isinya: Hernia usus halus, Hernia
omentum, dan sebagainya.
c. Menurut terlibat/tidaknya: Hernia
eksterna (Hernia ingunalis, Hernia serofalis dan sebagainya).
d. Hernia inferna tidak terlihat dari
luar (Hernia Diafragmatika, Hernia Foramen Winslowi, Hernia Obturatoria).
e. Causanya : Hernia Kongenital, Hernia
Traumatika, Hernia Visional dan sebagainya.
f. Keadaannya: Hernia responsibilis, Hernia
irreponibilis, Hernia inkarserata, Hernia skrotalis dan Hernia
strangulata.
D.
PENATALAKSANAAN
a.
Pada Hernia Femoralis tindakan operasi kecuali ada kelainan
lokal atau umum. Operasi terdiri atas Herniatomi disusul dengan Hernioplastik
dengan tujuan menjepit Anulus femonialis. Bisa juga
dengan pendekatan krural, Hernioplastik
dapat dilakukan dengan menjahitkan Ligamentum Inguinale ke ligamentum cooper. Tehnik Bassini melalui region Inguinalis, ligamentum inguinale di jahitkan keligamentum lobunase Gimbernati.
b. Hernia Inguinalis Responsibilis yaitu Herniatomi
berupa ligasi Plofesis vaginalis, soproksimal mungkin dilakukan secara efektif namun secepat mungkin kaena
resiko terjadinya inkarserata.
c. Hernia Inguinalis inkarserata: Pada keadaan ini pasien dipuasakan, pasang NGT, infus dan disuntik sedaiba
sampai pasien tertidur dalam posisi trendelenburg dengan tertidur tekanan intra
peritoneal. (Arif Mansjoer, Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid 1,2000)
1.
TERAPI
a.
Pra Operasi:
1.
Beri posisi
semi-fowler (Hernia Diafragmatik), terlentang (Hernia Femoralis)
2. Lakukan perawatan rutin jalur IV. Puasakan.
3. Hindari melakukan tindakan sendiri.
4. Jaga agar kantong atau Visera tetap lembab.
5. Gunakan
tindakan kenyamanan.
b.
Pasca Operasi:
1. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
2. Berikan
tindakan kenyamanan
3. Dukungan
keluarga. (Wong, Wong’s nursing care of infant and
children. St.
Louis,2004)
2.
TINDAKAN MEDIS YANG BERTUJUAN UNTUK PENGOBATAN
Menurut Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993. Yaitu:
a.
Herniatomi: Melakukan dengan segera bila terdapat Hernia
inkarserata, elektif bila Hernia responibilis. Operasi dengan cara ini dilakukan
dengan pembebasan kantung Hernia sampai kelehernya, kantung dibuka dan isi Hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantung Hernia di
jahit-ikat setinggi mungkin lalu di potong.
b. Herniorrhaphy : Membuang kantong Hernia
disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di
belakang Kanalis Inguinalis.
E. KONSEP
HOSPITALISASI PADA PASIEN
a.
Definisi
Hospitalisasi adalah hak masuk ke rumah sakit sebagai
pasien bagi pasien yag merasa sakit. (Hand
out, hospitalisasi. Prodi keperawatan, Semarang,2007)
b. Tujuan
Pasien masuk ke rumah sakit untuk
beberapa alasan antara lain: untuk jadwal test kesehatan, prosedur tindakan
atau pembedahan, pengobatan emerjensi, pemberian obat atau memonitor keadaan
pasien.
c. Persiapan
1. Mempelajari
tentang Rumah Sakit.
2.
Pendaftaran masuk Rumah Sakit.
3. Ruangan
Rumah Sakit.
4. Tim
tenaga kesehatan.
d. Stressor
1. Stressor Fisik
a. Nyeri dan rasa tidak nyaman.
b.
Immobilisasi.
c.
Kurang
tidur.
d.
Tidak
mampu makan.
e.
Perubahan
kebiasaan eliminasi.
2. Stressor di lingkungan.
a. Lingkungan yang asing.
b. Orang-orang yang
asing.
c.
Bau
yang asing, tidak enak.
d.
Cahaya
yang terus menerus.
e.
Aktifitas
pasien lain.
f.
Kesigapan atau kesiapan petugas.
3. Stressor Psikologis
a. Kurang privacy
b. Tak mampu berkomunikasi
c. Tak cukup tahu dan paham tentang situasi
d. Penyakit yang berat
e. Perilaku keluarga (ekspresi terhadap kepedulian)
F.
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis
untuk mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan diagnostik serta review catatan sebelumnya. Pada
pengkajian fisik, pasien sering seperti mengejan atau mengangkat ketika ada sesuatu
yang muncul. Ketika melakukan sebuah penilaian perut, perawat harus memeriksa
perut ketika pasien berbaring dan berdiri. Jika Hernia dapat dikembalikan, Herniasi
akan menghilang ketika pasien berbaring datar. Perawat juga dapat melakukan
regangan pasien, untuk mengamati bukti menggembung. (Wong,
Donna L. Wong’s nursing care
of infant and children. St.
Louis,2003)
Perut adalah
tempat untuk melakukan Auskultasi untuk memastikan kehadiran aktif suara bising
usus. Usus mungkin akan menunjukkan obstruksi dan cekikan. Untuk meraba Hernia,
dokter atau perawat dengan lembut memeriksa cincin dan isinya, dengan memasukkan
jari di cincin dan mencatat setiap perubahan ketika pasien batuk. Perawat tidak
boleh memaksa pasien Hernia untuk mengurangi frekuensi batuk pasien, sebagai
manuver ini dapat menyebabkan pecahnya usus yang terjepit. (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,1993). Berikut, adalah berbagai pemeriksaan pada pasien Hernia:
1.
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi daerah Inguinal dan femoral.
Meskipun Hernia
dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan Viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua Hernia
ditemukan di daerah Inguinal. Biasanya, impuls Hernia lebih jelas dilihat dari
pada diraba. Ajak pasien memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Lakukanlah inspeksi daerah Inguinal dan Femoral untuk melihat timbulnya
benjolan mendadak selama batuk, yang dapat menunjukkan Hernia. Jika terlihat
benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini
dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah tersebut.
b. Palpasi Hernia Inguinal
Palpasi
Hernia Inguinal dilakukan dengan meletakkan jari telunjuk kanan memeriksa
didalam skrotum diatas testis kiri dan menekan kulit skrotum kedalam. Harus ada
kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari
harus diletakkan dengan kuku menghadap keluar dan bantalan jari kedalam. Tangan
kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang
lebih baik. Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika dilateral
masuk kedalam kanal inguinal sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan
ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral
dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh
jari tangan.
Dengan jari
telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanal inguinal,
mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Seandainya ada Hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau
bantalan jari pemeriksa. Jika ada Hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan
perhatikanlah apakah Hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan
terus menerus pada masa itu. Jika pemeriksaan Hernia dilakukan dengan kulit
skrotum yang cukup banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini
tidak menimbulkan nyeri. (dr. Jan. Tambayong, Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000)
Uraian
tentang ciri-ciri Hernia akan dibahas setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini
diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan.
Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi
kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Jika ada
massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu Hernia Inguinal indirek
mungkin ada didalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk
menentukan apakah ada bunyi usus didalam skrotum, suatu tanda yang berguna
untuk menegakkan diagnosis Hernia Inguinal indirek.
Tes Diagnostik yang dilakukan seperti:
a.
Foto Rontgen Spinal
b.
Elektromiograf
c.
Venogram epidural
d.
Scan CT
e.
MRI
f.
Mielogram
g.
Kolaborative Care
G. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan
yang menguraikan respon actual atau potensial pasien terhadap masalah kesehatan
yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual
dan potensial pasien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang
berkaitan, catatan medis pasien masa lalu, dan konsultasi dengan professional
lain. Adapun diagnosa
keperawatan yang timbul pada pasien dengan post Herniotomy menurut Doengoes E.
Marilynn 2000, adalah :
1. Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)
2. Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
3.
Resiko
tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan hemorargi.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan ketidakadekuatan pertahanan primer.
5. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
6.
Ansietas/ketakutan
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
7. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
8.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
H. PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Perencanaan
tujuan utama adalah bahwa Pasien tidak akan mengalami pencekikan. Jika hal itu
terjadi, deteksi dini dan pengobatan cepat dan mencegah timbulnya komplikasi.
Perawat harus memahami penyakit dan implikasinya. Disarankan bahwa jika ada
gejala penahanan atau pencekikan, segera menghubungi dokter.
Herniorrhaphy
adalah pengobatan pilihan untuk hernia. Prosedur ini melibatkan mengganti isi
kantung Hernia ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Perawatan sebelum
operasi, yaitu perawat harus mempersiapkan individu untuk operasi sebagai salah
satu dalam mempersiapkan pasien untuk bedah umum. Jika prosedur dilakukan pada
pasien rawat jalan dasar, perawat harus membantu klien untuk membuat pengaturan
yang sesuai untuk perjalanan pulang dan rumah perawatan. Perawatan
pasca-operasi, yaitu: bahwa pasien yang menjalani operasi Hernia diberitahukan
untuk menghindari batuk. Sarankan untuk meninggikan daerah skrotum dengan
bantal yang lembut dan istirahat akan membantu mengontrol pembengkakan. Jika
tidak kontraindikasi oleh pembengkakan skrotum atau pra-kondisi yang ada, ini
akan meningkatkan kenyamanan dan rasa kesejahteraan. (Lewis,etc. Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problem. Volume 2. Fifth Edition. Mosby,2000.)
I. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap
ke empat dari proses keperawatan, dimana rencana perawatan dilaksanakan pada
tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan
aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperawatan pasien, agar
implementasi perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan pasien. Kemudian bila telah dilaksanakan, memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan mendokumentasikannya
informasi ini kepada penyediaan perawatan kesehatan keluarga.
Prinsip dalam memberikan tindakan
kepeerawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan
yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah independent,
dependen dan interdependen. (Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.
Jakarta : EGC,2000)
Herniotomi adalah pembesaran kantong
hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin
lalu dipotong. (Syamsuhidayat, et.al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
EGC,2002)
Herniorrhaphy
umumnya prosedur yang tidak rumit, sering dilakukan sebagai hari yang sama
operasi. Beberapa pasien memiliki kebutuhan perawatan akut selain dari
penilaian dan segera sebelum operasi perawatan pasca-operasi. Perawatan operasi
mirip dengan perawatan klien dengan operasi usus buntu. (http://nugealjamela.blogspot.com,diakses 12
agustus 2010)
Pembedahan
diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang berarti,
sedangkan faktor pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data adalah
kerjasama yang baik antara penulis dengan pasien disebabkan karena pasien yang
sangat kooperatif dan terbuka dalam mengemukakan keluhan yang dirasakannya,
selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan yang membantu memberikan
informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Jakarta: EGC, 2005)
J. EVALUASI
KEPERAWATAN
Meskipun proses keperawatan mempunyai
tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung
terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan. Tahap evaluasi
merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan,
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan.
Menurut John L.
Cameron. Current Surgical Therapy.
(Jakarta: Binarupa Aksara. 1997). Evaluasi
didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas Asuhan Keperawatan antara dasar
tujuan keperawatan pasien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku pasien
yang tampil. Evaluasi merupakan tahap akhir dari
proses keperawatan. Langkah dari evaluasi proses keperawatan adalah mengukur
respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah
pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau respon pasien
mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau
pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah
langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon pasien
dan membandingkannya dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang
diharapkan.
Sejalan dengan yang telah dievaluasi
pada tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan
keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan rencana
asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang
tidak terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk
melanjutkan rencana atau memodifikasi rencana Asuhan Keperawatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA
A.
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2012
Tanggal Masuk : 17 Juni
2012
Ruang/Kelas : Melati/III
Nomor Register : 10763139
Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis
Lateral Skrotalis
1.
Identitas Klien
Nama : Tn. T
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Usia : 69 Tahun
Status
Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD
Bahasa yang
digunakan :
Indonesia
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Padurenan RT 02/13 Cibinong, Bogor
Sumber Biaya
: Jamkesmas
Sumber
Informasi : Pasien dan Keluarga
2. Resume
Sakit dirasakan pasien pada bulan April 2012 yang lalu saat
membantu mengangkat beban berat. Tiba-tiba
pasien meringis kesakitan. Oleh tetangganya, pasien
dibawa kerumahnya dan diberi obat ramuan tradisional dengan istirahat yang
cukup. Namun, bertahap selama 2 bulan kemudian pasien merasakan adanya benjolan pada lipatan paha tepatnya pada
skrotum. Disertai dengan keluhan batuk dan bersin. Akhirnya, keluarga membawa
pasien ke poliklinik RSUD Cibinong, dan dari diagnosa medis, pasien dinyatakan
harus segera dioperasi.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1). Keluhan Utama : Nyeri dan ada benjolan pada skrotum.
2). Kronologis Keluhan
a) Faktor Pencetus : Pasien sering mengangkat beban yang berat.
b) Timbul Keluhan : ( )
Mendadak (√) Bertahap
c) Lamanya :
1 tahun
d) Upaya mengatasi : Rasa nyeri dan benjolan berkurang/hilang.
b. Riwayat masa lalu
1. Riwayat Penyakit sebelumnya :
Pasien tidak ada riwayat penyakit operasi lain sebelumnya.
2. Riwayat Alergi:
Tidak ada alergi.
3. Riwayat pemakaian obat:
Hanya bila
merasakan sakit, pasien meminum obat. Tetapi pasien mengatakan, ia lebih baik
istirahat daripada meminum obat. Kecuali benar-benar membutuhkan.
c.
Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram tiga generasi):
|
|
:
Perempuan
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota
keluarga yang menjadi faktor resiko: Tidak ada.
e. Riwayat Psikososial dan Spiritual
1) Adakah orang yang terdekat dengan klien:
Istri
dan anak pertamanya.
2) Interaksi dalam keluarga
a) Pola Komunikasi : Baik
b) Pembuatan Keputusan : Istri dan anak pertama
c) Kegiatan Kemasyarakatan : Baik
3) Dampak penyakit klien terhadap keluarga
Pasien masih
bekerja, keluarga mengandalkan pasien. Maka, keluarga kehilangan orang yang
mencari nafkah.
4) Masalah yang mempengaruhi klien:
Biaya Operasi yang terlalu mahal membuat pasien
cemas, dan keluarga harus berusaha mencari biaya tersebut.
5) Mekanisme Koping terhadap
stress:
(√) Pemecahan masalah
Pasien menghadapi masalah
dengan tenang, semua masalah diatasi
bersama oleh keluarga.
(√) Makan
Pola makan pasien dirumah cukup baik, 3x dalam
sehari dengan lauk yang beragam dan dirumah sakit pasien hanya mampu menghabiskan setengah porsi karena
tidak adanya nafsu makan.
(√) Tidur
Pola istirahat atau tidur pasien dirumah cukup baik, namun
pasien kurang tidur siang karena pasien bekerja hingga sore hari. Tidur malam antara 7-8 jam permalam.
(√) Minum obat
Pasien sangat menaati aturan minum obat yang diberikan
oleh perawat jaga diruangan, pola minum obat pasien 2x dalam sehari.
(√) Cari
pertolongan
Dalam masalah
kesehatan, pasien akan mencari pertolongan ke mantri didaerah rumahnya.
(√) Lain-lain (Diam)
Dalam
menghadapi masalah, pasien lebih banyak diam dan memikirkan jalan keluar dari
masalah tersebut.
6) Persepsi klien terhadap penyakitnya.
a) Hal yang sangat di pikirkan saat ini:
Apakah saya bisa sembuh?
b) Harapan setelah menjalani keperawatan:
Dapat sembuh total dan menjalani aktifitas seperti
biasa.
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit:
Lebih banyak diam dan beristirahat.
7) Sistem
penilaian kepercayaan
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan:
Lebih baik ke Pengobatan Alternatif daripada ke
dokter yang biayanya mahal.
b) Aktivitas Agama / kepercayaan yang dilakukan:
Terus menerus berdzikir dan beribadah kepada Allat
SWT.
8) Kondisi lingkungan rumah:
Hygiene
yang kurang, di akibatkan kurangnya pengetahuan yang baik.
9) Pola Kebiasaan:
HAL
YANG DIKAJI
|
|
||
Sebelum di RS
|
Di RS
|
||
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makanan :……X/hari
b. Nafsu Makan :
Baik/tidak
Alasan:…(mual/muntah/sariawan)
c. Porsi Makanan yang di habiskan
d. Makanan yang tidak di sukai
e. Makanan yang membuat alergi
f. Makanan Pantangan
g. Penggunaan obat-obatan sebelum makan
h. Penggunaan alat bantu
2.Pola
Eliminasi
a. B.a.k :
1).
Frekuensi :…..X/hari
2).
Warna :…….
3).
Keluhan :…….
4).
Penggunaan alat bantu
b. B.A.B
1).
Frekuensi :…..X/hari
2).Waktu
(pagi/siang/malam/tidak tertentu)
3).
Warna :…….
4). Konsistensi :……
5). Keluhan :……..
6).
Penggunaan alat
3).Pola Personal Hygiene
a. Mandi
1)
Frekuensi :…..X/hari
2)
Waktu : Pagi/Siang/Malam
b. Oral
Hygiene
1)
Frekuensi :….X/hari
2)
Waktu :pagi/siang/sore
c. Cuci
Rambut
1)
Frekuensi :……X/minggu
4). Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama
tidur siang : …Jam/hari
b.Lama
tidur malam :….Jam/hari
c.
Kebiasaan sebelum tidur :
5. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Waktu
bekerja : pagi/siang/malam
b. Olah
raga : ( )Ya ( ) Tidak
c. Jenis
Olah raga :
d. Frekuensi olah raga :……
e. Keluhan dalam
beraktivitas :……
6. Kebiasaan
yang mempengaruhi
kesehatan
a.Merokok : Ya/Tidak
1)
Frekuensi : ……..
2)
Jumlah : ……..
3)
Lama pemakaian :………
b.Minuman Keras/Nabza : Ya/Tidak
1)
Frekuensi :…..
2)
Jumlah :…..
3)
Lama Pemakaian :
|
3x/hari
Baik
-
1 Porsi
-
-
-
-
-
4x/hari
Kuning
-
-
1x/hari
Pagi
Coklat
Lembek
-
-
2x/hari
Pagi dan Sore
2x/hari
Pagi dan Sore
2x/minggu
-
7-8jam/hari
Merokok dan minum kopi
Pagi
Ya
Lari kecil
3x/minggu
-
Ya
3x/hari
6batang/hari
50 tahun
-
-
-
|
3x/hari
Tidak
Mual
½ Porsi
Bubur/Nasi yang lembek.
-
Pedas dan santan.
-
IVFD terpasang ditangan kirinya.
5x/hari
Kuning
Nyeri post-op
-
1x/hari
Pagi
Kecoklatan
Agak keras
Nyeri saat
mengedan
-
1x/hari
Pagi
1x/hari
Pagi
-
2jam/hari
5jam/hari
Berbincang dengan keluarga sampai tertidur.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
4.
Pengkajian Fisik
a.
Pemeriksaan Fisik Umum:
1)
Berat badan : 68 kg (Sebelum sakit 72 kg)
2)
Tinggi badan : 174 cm
3)
Keadaan umum : Sedang
4)
Pembesaran kelenjar getah
bening : ( ) Ya (√) Tidak
b.
Sistem Penglihatan:
1)
Posisi mata : (√) Simetris (
) Asimetris
2)
Kelopak mata : (√) Normal ( ) Ptosis
3)
Pergerakan bola mata : (√) Normal ( ) Abnormal
4)
Konjungtiva : (√) Merah Muda ( ) Anemis
5)
Kornea : (√) Normal (
) Keruh/Berkabut
6)
Sklera : ( ) Ikterik (√) Anikterik
7)
Pupil : (√) Isokor ( ) Anisokor
8)
Otot-otot mata : (√) Tidak ada kelainan
9)
Fungsi penglihatan : (√) Baik (
) Kabur
10) Tanda-tanda radang : Tidak ada
11) Pemakaian kaca mata : (√) Tidak ( ) Ya
12) Pemakaian lensa kotak : (√) Tidak ( ) Ya
13) Reaksi terhadap cahaya : Baik
c.
Sistem Pendengaran:
1)
Daun telinga : (√) Normal ( )
Tidak
2)
Karakteristik serumen :
a.
Warna : Kuning muda
b.
Konsistensi : Cair
c.
Bau : Khas
3)
Kondisi telinga tengah : (√) Normal ( )
Kemerahan
4)
Cairan dari telinga : (√) Tidak (
) Ada
5)
Perasaan penuh di telinga : (√) Tidak ( ) Ada
6)
Tinitus : ( ) Ya (√) Tidak
7)
Fungsi pendengaran : ( ) Normal (√) Kurang
8)
Gangguan keseimbangan : (√) Tidak ( )
Ya
9)
Pemakaian alat bantu : (√) Tidak ( )
Ya
d.
Sistem
Wicara : (√) Normal ( ) Tidak
e.
Sistem Pernafasan:
1)
Jalan nafas : (√) Bersih ( ) Ada Sumbatan
2)
Pernafasan : (√) Tidak sesak ( ) Sesak
3)
Menggunakan otot bantu
pernafasan : ( ) Ya
(√) Tidak
4)
Frekuensi : 30 x/menit
5)
Irama :(√) Teratur ( ) Tidak Teratur
6)
Jenis pernafasan : (√) Spontan
7)
Kedalaman : ( ) Dalam (√)
Dangkal
8)
Batuk : ( ) Tidak
(√) Ya
9)
Sputum : ( ) Tidak (√) Ya, Putih
10) Konsistensi : (√) Encer ( )
Kental
11) Terdapat darah :
( ) Ya (√) Tidak
12) Palpasi dada : Detak jantung normal
13) Perkusi dada : Tidak ada tanda-tanda nyeri
14) Suara nafas : (√) Vesikuler ( ) Ronkhi
15) Nyeri saat bernafas : ( ) Ya
(√) Tidak
16) Penggunaan alat bantu nafas :
(√) Tidak ( ) Ya
f.
Sistem
Kardiovaskular:
1)
Sirkulasi Peripher
a.
Nadi : 74
x/menit :
Irama : (√) Teratur ( ) Tidak Teratur
Denyut : ( ) Lemah (√) Kuat
b.
Tekanan darah : 130/90 mmHg
c.
Distensi vena jugularis : Kanan: ( ) Tidak
(√) Ya
Kiri :
( ) Tidak (√) Ya
d.
Temperature
Kulit : (√) Hangat ( ) Dingin
e.
Warna kulit : (√) Pucat ( ) Kemerahan
f.
Pengisian kapiler : detik
g.
Edema : (√) Ya, Skrotalis ( ) Tidak
2)
Sirkulasi Jantung
a).
Kecepatan
denyut capital : Teratur
b).
Irama :
(√) Teratur ( ) Tidak
Teratur
c).
Kelainan bunyi jantung : Tidak ada
d).
Sakit dada : ( ) Ya (√)
Tidak
g.
Sistem
Hematologi:
Gangguan
Hematologi:
1). Pucat : ( ) Tidak (√) Ya
2). Perdarahan : (√) Tidak ( ) Ya
h.
Sistem
Syaraf Pusat:
1). Keluhan sakit
kepala : Vertigo
2). Tingkat
kesadaran : (√) ComposMentis ( ) Apatis
3). Glasgow coma
scale : E: 4 V: 5 M: 6
4). Tanda-tanda
peningkatan TIK : (√) Tidak ( ) Ya
5). Gangguan Sistem
persyarafan : Tidak ada
6). Pemeriksaan
Refleks
a.
Refleks fisiologis : (√) Normal ( ) Tidak
b.
Refleks Patologis : ( ) Tidak (√) Ya
i.
Sistem
Pencernaan:
Keadaan mulut:
1). Gigi : (√) Caries ( ) Tidak
2). Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya (√) Tidak
3). Stomatitis : ( ) Ya (√) Tidak
4). Lidah kotor : ( ) Ya (√) Tidak
5). Salifa :
(√) Normal ( ) Abnormal
6). Muntah : (√) Tidak ( ) Ya
7). Nyeri daerah perut : (√) Ya, luka post-op
8). Skala nyeri : 3 - 4
9). Lokasi dan Karakter nyeri : (√) Kanan Bawah
10). Bising usus : 15x/menit
11). Diare : (√) Tidak ( ) Ya
12). Konstipasi : ( ) Tidak (√)
Ya, 2 hari.
13). Hepar : (√) Teraba ()Tidak
Teraba
14). Abdomen : ( ) Distensi (√)
Kembung
j.
Sistem
Endokrin:
a.
Pembesaran Kelenjar Tiroid : (√) Tidak ( ) Ya
b.
Nafas berbau keton : (√) Tidak ( ) Ya
c.
Luka ganggren : (√) Tidak ( ) Ya
k.
Sistem Urogenital:
a.
Balance Cairan : Intake
1000 ml ; Out
500 ml
b.
Perubahan pola kemih : (√) Retensi ( )
Dysuria
c.
B.a.k : (√) Kuning Jernih ()
Putih
d.
Distensi/ketegangan kandung
kemih : ( ) Ya (√) Tidak
e.
Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya (√) Tidak
f.
Skala nyeri : 0
l. Sistem Integumen
a.
Turgor kulit : (√) Tidak Elastis
b.
Temperatur kulit : ( ) Hangat (√)Dingin
c.
Warna kulit : (√) Pucat ( ) Cyanosis
d.
Keadaan kulit : ( ) Baik (√) Lesi
: (√) Insisi
Operasi, lokasi
daerah skrotum.
e.
Kelainan kulit : (√) Tidak ( ) Ya
f.
Kondisi kulit yang terpasang
infus : Normal, tidak ada oedeme
g.
Keadaan rambut : - Tekstur : Baik
- Kebersihan :Ya
m. Sistem Muskuloskeletal
a.
Kesulitan dalam bergerak : (√) Ya, terpasang
infus (+)
b.
Sakit pada tulang : ( ) Ya (√)
Tidak
c.
Fraktur : ( ) Ya (√)
Tidak
d.
Kelainan bentuk tulang sendi : Tidak Ada
e.
Kelainan struktur tulang
belakang : Tidak Ada
f.
Keadaan otot : Baik
5. Data Penunjang
a. Laboratorium:
No
|
Hari/
tanggal
|
Jenis
|
Nilai
|
Nilai Normal
|
1.
|
Minggu
17-06-12
|
1. Darah rutin:
a. HB
b. Eritrosit
c. Leukosit
d. Trombosit
e. Hematrokrit
f. Basofil
g. Eosinofil
h. Batang
i.
Segmen
j.
Limfosit
k. Monosit
2. Masa
pendarahan
3. Masa pembekuan 4. Gol.
Darah
Diabetes: 5. Glukosa sewaktu:
Imunologi/ serologi
HBs Ag /
negatif (-)
|
14.4
4.72
6.800
291.000
40.0
0
0
0
60
40
0
2
11
°/ Rh (+)
95
|
L: 13.0-16.0 ; P: 12.0-14.0
4.5 - 5.9 (4.5 - 5.5)
5.000 - 10.000
150.000 – 450.000
L: 40 – 48 ; P: 36 – 42
0 – 1 %
1 – 3 %
3 – 6 %
50 – 70 %
20 – 40 %
2-8 %
1 – 3 mnt
9 – 15 mnt
-
75 – 200 mg/dl
|
b.
Rontgen:
Hasil: Pemeriksaan
radiologi yaitu nampak Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
Skrotalis.
6. Penatalaksanaan
Tanggal
|
Waktu
|
Jenis
|
Dosis
|
Cara Pemberian
|
Senin
18-06-12
|
06.00
06.30
15.00
15.00
17.30
22.00
22.00
|
Infus RL
Captrofil
Cefotaxime
Ketorolac
Infus D 5 %
Ketorolac
Ceftriaxone
|
500 cc
25 mg
1 gr
1 amp
500 cc
1 amp
1 gr
|
20 tts/mnt
IV
IV
IV
20 tts/mnt
IV
IV
|
Selasa
19-06-12
|
06.00
06.00
06.00
|
Ketorolac
Ceftriaxone
Infus RL
|
1 amp
1 gr
500cc
|
IV
IV
IV
|
7. Data
Fokus
Tanggal
|
Data Subjektif
|
Data Objektif
|
Minggu
17 Juni 2012
Jam 16.55
|
Pasien mengatakan ada rasa nyeri di perut kanan bawah di bagian skrotum.
|
Pasien tampak meringis kesakitan, benjolan pada kemaluan (+)
S: 37°C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)
|
Senin
18 Juni 2012
Jam 14.45
|
Pasien mengatakan timbul rasa nyeri setelah operasi.
|
Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan, dan berhati-hati
saat bergerak.
S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB (-), BAK (+) kuning jernih, Flatus (-)
|
Selasa
19 Juni 2012
Jam 08.00
|
Pasien mengatakan nyeri bagian operasi berkurang, namun pasien merasa
mual dan lemas.
|
Keluhan sedang, kesadaran CM, pasien tampak lemas.
S: 37°C , N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD: 130/70 mmHg, oedeme (-) , mual
(+), muntah (-), flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan, BAK (+) kuning
jernih.
|
8. Analisa Data
No
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
|
DS: Pasien datang dengan keluhan ada rasa nyeri di perut kanan bawah dan
ada benjolan di skrotum.
DO: Pasien tampak meringis kesakitan, ada benjolan pada kemaluan (+)
S: 37°C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)
|
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus
terjepit)
|
Terjadinya gangguan aliran darah di usus yang
terjepit yang menyebabkan kematian jaringan (Nekrosis) dan menimbulkan
Perforasi.
|
2.
|
DS: Pasien mengeluh nyeri bagian luka post-op.
DO: Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan, dan berhati-hati
saat bergerak.
S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB (-), BAK (+) kuning
jernih, Flatus (-)
|
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (insisi
bedah)
|
Terputusnya kontuinitas jaringan kulit pada
post-op, yang menstimulasi saraf nyeri dan menimbulkan rasa nyeri.
|
3.
|
DS: Pasien mengatakan nyeri bagian operasi berkurang, namun pasien merasa
mual dan lemas.
DO: Pasien telihat lemas.
S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD: 130/70 mmHg, oedeme (-) , mual
(+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan, BAB (+) kuning
jernih.
|
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon
tubuh akibat luka post-op.
|
Efek
luka operasi yang menimbulkan rasa mual yang memicu terjadinya intoleransi aktifitas
terhadap respon tubuh.
|
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tanggal Ditemukan
|
Tanggal
Teratasi
|
Nama
Jelas
|
1.
|
Nyeri berhubungan
dengan trauma jaringan (usus terjepit).
|
17-06-2012
|
18-06-2012
|
|
2.
|
Nyeri berhubungan
dengan trauma jaringan post-op (insisi
bedah)
|
18-06-2012
|
18-06-2012
|
|
3.
|
Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
|
19-06-2012
|
19-06-2012
|
|
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tgl
|
No
|
Diagnosa Keperawatan
(PES)
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Rencana Tindakan
|
Paraf & nama jelas
|
18 Juni 2012
|
1.
|
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit).
|
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1-2 hari)
Kriteria Hasil: Pasien tampak rileks dan keluhan nyeri (-)
|
a.
Mengkaji tanda-tanda
nyeri pasien.
b.
Mengajarkan
tehnik relaksasi.
c.
Memberi
posisi semi fowler.
d.
Memberi
informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
e.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi.
|
|
18 Juni 2012
|
2.
|
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
|
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1- 5 hari)
Kriteria Hasil: Keluhan nyeri berkurang, pasien rileks, dan skala nyeri
0.
|
a.
Mengkaji
pengalaman nyeri pasien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.
b.
Memantau
keluhan nyeri.
c.
Mengjarkan
tehnik relaksasi.
d.
Menganjurkan
mobilisasi dini.
e.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi.
|
|
19 Juni 2012
|
3.
|
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka
post-op.
|
Tujuan: Aktifitas dapat maksimal terjadi.
Kriteria Hasil: Memperlihatkan kemajuan aktifitas s.d mandiri dan ada
respon positif terhadap aktifitas.
|
a.
Menjelaskan
batasan aktifitas pasien sesuai kondisi
b.
Meningkatkan
aktifitas secara bertahap.
c.
Merencanakan
waktu istirahat sesuai jadwal.
d.
Memotivasi
peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
|
|
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Tanggal/Waktu
|
No. DK
|
Tindakan Keperawatan dan Hasil
|
Paraf dan nama jelas
|
17 Juni 2012
|
1.
|
Tindakan:
a.
Kaji
tanda-tanda nyeri (0-10)
b.
Ajarkan
tehnik relaksasi.
c.
Berikan
posisi semi fowler.
d.
Berikan
informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
e.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi.
Hasil:
a.
Skala nyeri
sedang (4-5)
b.
Pasien
tampak lebih rileks.
c.
Keluhan
nyeri berkurang.
|
|
18 Juni 2012
|
2.
|
Tindakan:
a.
Kaji
pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri yang dialami.
b.
Pantau
keluhan nyeri.
c.
Ajarkan
tehnik relaksasi.
d.
Anjurkan
mobilisasi dini.
e.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi.
Hasil:
a.
Skala nyeri
sedang 4-5
b.
Keluhan
nyeri berkurang.
c.
Pasien
sudah bisa beristirahat dengan tenang.
|
|
19 Juni 2012
|
3.
|
Tindakan:
a.
Jelaskan
batasan aktifitas pasien sesuai kondisi.
b.
Tingkatkan
aktifitas secara bertahap.
c.
Rencanakan
waktu istirahat sesuai jadwal.
d.
Berikan motivasi
peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
Hasil:
a.
Pasien
tampak lebih rileks.
b.
Pasien
sudah dapat melakukan eliminasi sendiri.
c.
Keluhan
nyeri 0.
d.
Pasien
diizinkan pulang.
|
|
E. EVALUASI (CATATAN
PENGEMBANGAN)
No.DK
|
Tgl/Jam
|
Evaluasi Hasil (SOAP)
|
Paraf dan Nama jelas
|
1
|
17 Juni 2012
|
S: Pasien datang dengan keluhan ada rasa nyeri di perut kanan bawah.
O: Pasien tampak meringis kesakitan, ada benjolan pada kemaluan (+) S:
37°C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)
A: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit).
P:
a. Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.
b. Mengajarkan tehnik relaksasi.
c. Memberikan posisi semi fowler.
d. Memberikan informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa sakit.
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.
|
|
2
|
18 Juni 2012
|
S: Pasien mengeluh nyeri bagian luka post-op.
O: Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan,
berhati-hat saat bergerak.
S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB (-), BAK (+) kuning
jernih, Flatus (-)
A: Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
P:
a. Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan
tingkat nyeri yang dialami.
b. Memantau keluhan nyeri.
c. Mengajarkan tehnik relaksasi.
d. Menganjurkan mobilisasi dini.
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.
|
|
3
|
19 Juni 2012
|
S: Pasien mengatakan rasa nyeri sudah berkurang, namun ada rasa lemas,
dan mual.
O: Pasien telihat lemas.
S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD: 130/70 mmHg, oedeme (-) , mual
(+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan, BAB (+) kuning
jernih.
A: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka
post-op.
P:
a. Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai
kondisi.
b. Meningkatkan aktifitas secara bertahap.
c. Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.
d. Memotivasi peningkatan dan memberi penghargaan
pada kemajuan yang telah dicapai.
|
|
TINJAUAN
KASUS
1.
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus
terjepit) ditandai dengan:
Data Subjektif: Pasien mengatakan
ada rasa nyeri di perut kanan bawah.
Data Objektif: Pasien tampak
meringis kesakitan, benjolan pada kemaluan (+)
S: 37°C N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg, oedeme (+)
Tujuan: Nyeri
berkurang/hilang (1-2 hari)
Kriteria Hasil: Pasien tampak
rileks dan keluhan nyeri (-)
Rencana Tindakan:
a.
Mengkaji
tanda-tanda nyeri pasien.
b.
Mengajarkan
tehnik relaksasi.
c.
Memberi
posisi semi fowler.
d.
Memberi
informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
e.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi.
Pelaksanaan:
Tanggal 17 Juni 2012
Pukul 16.55 mengukur TTV, TD: 120/90
mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 74x/mnt, Pernafasan: 30x/mnt; Pukul: 17.10 mengkaji
tanda-tanda nyeri pada Tn.T dan mengajarkan tehnik relaksasi agar tidak tegang;
Pukul 18.25 memotivasi pasien untuk banyak minum dan beristirahat serta
memberikan posisi semi fowler; Pukul 21.30 memotivasi ulang pasien untuk
istirahat, puasa, mandi dan cukur.
Tanggal 18 Juni 2012
Pukul 06.00 mengukur TTV, TD: 130/90
mmHg, Suhu: 36,5°C, Nadi 72x/mnt, Pernafasan: 32x/mnt dan memasang infus Ringer
Laktat 20 tpm; Pukul 06.10 skin test Cefotaxime; Pukul 06.30 memberi terapi
Captrofil 25mg melalui I.V dan mengajarkan tehnik nafas dalam agar lebih rileks
dalam menjalani operasi. Pukul 09.00 mengantar pasien ke ruang Operasi.
Evaluasi:
Tanggal 17 Juni 2012
Subjektif: Pasien mengatakan
ada rasa nyeri di perut kanan bawah.
Objektif: Pasien tampak
meringis kesakitan, ada benjolan pada kemaluan (+),
S: 37°C, N: 72x/mnt RR: 34x/mnt TD: 120/90 mmHg,
oedeme (+)
Analisa: Nyeri berhubungan
dengan trauma jaringan (usus terjepit)
Perencanaan:
a.
Mengkaji
tanda-tanda nyeri pasien.
b.
Mengajarkan
tehnik relaksasi.
c.
Memberikan
posisi semi fowler.
d.
Memberikan
informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
e.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi.
2.
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op
(insisi bedah) ditandai dengan:
Data Subjektif: Pasien mengeluh nyeri bagian luka post-op.
Data Objektif: Keluhan lemah, kesadaran CM, pasien tampak
meringis kesakitan, dan berhati-hati saat bergerak. S: 36°C , N: 80 x/mnt , RR:
34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-),
BAB (-), BAK (+) kuning jernih, Flatus (-).
Tujuan: Nyeri berkurang/hilang (1- 5 hari)
Kriteria
Hasil: Keluhan nyeri berkurang,
pasien rileks, dan skala nyeri 0.
Rencana
Tindakan:
a.
Mengkaji
pengalaman nyeri pasien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.
b.
Memantau
keluhan nyeri.
c.
Mengajarkan
tehnik relaksasi.
d.
Menganjurkan
mobilisasi dini.
e.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi.
Pelaksanaan:
Tanggal 18 Juni 2012
Pukul 14.45 pasien datang dari ruang
operasi; Pukul 14.50 mengukur TTV, TD: 160/70 mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 80x/mnt,
Pernafasan 37x/mnt; Pukul 15.00 memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V
dan memberikan Ketorolac 1 amp melalui cairan infus, mengkaji tanda-tanda nyeri
dan membandingkan tingkat nyeri sebelum operasi dan setelah post-op dan
memotivasi pasien untuk istirahat; Pukul 17.30 mengganti cairan infus dengan D
5% melalui I.V dengan 20 tpm; 17.45 memotivasi pasien untuk makan dan minum
secara bertahap; Pukul 22.00 memberikan terapi Cefotaxime 1gr melalui I.V dan
memberikan Ketorolac 1 amp dan mengobservasi pasien untuk melakukan mobilisasi
dini sesuai dengan batas kemampuan.
Tanggal 19 Juni 2012
Pukul 06.00 mengganti cairan infus
dengan Ringer Laktat melalui I.V 20 tpm, dan memberikan terapi Cefotaxime 1gr
melalui I.V dan memberikan Ketorolac 1 amp melalui cairan infus.
Evaluasi:
Tanggal 18 Juni 2012
Subjektif: Pasien mengeluh
nyeri bagian luka post-op.
Objektif: Keluhan lemah,
kesadaran CM, pasien tampak meringis kesakitan, berhati-hat saat bergerak. S:
36°C , N: 80 x/mnt , RR: 34 x/mnt TD: 160/70 mmHg, oedeme (-), BAB (-), BAK (+) kuning
jernih, Flatus (-)
Analisa: Nyeri berhubungan
dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
Perencanaan:
a.
Mengkaji
pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri yang dialami.
b.
Memantau
keluhan nyeri.
c.
Mengajarkan
tehnik relaksasi.
d.
Menganjurkan
mobilisasi dini.
e.
Kolaborasi
dalam pemberian terapi.
3.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon
tubuh akibat luka post-op ditandai
dengan:
Data
Subjektif: Pasien mengatakan
lemas, dan mual.
Data Objektif: Pasien telihat lemas, kesadaran CM, S: 37°C, N: 82 x/mnt, RR 32 x/mnt, TD:
130/70 mmHg, oedeme (-) , mual (+) muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras
kecoklatan, BAB (+) kuning jernih.
Tujuan: Aktifitas dapat maksimal terjadi.
Kriteria Hasil: Memperlihatkan kemajuan aktifitas s.d mandiri dan ada respon positif
terhadap aktifitas.
Rencana Tindakan:
a.
Menjelaskan
batasan aktifitas pasien sesuai dengan kondisi.
b.
Meningkatkan
aktifitas secara bertahap.
c.
Merencanakan
waktu istirahat sesuai jadwal.
d.
Memotivasi
peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
Pelaksanaan:
Tanggal 19 Juni 2012
Pukul
08.00 memotivasi pasien untuk melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi pasien,
melakukan mobilisasi seperti yang diinstruksikan oleh perawat jaga, dan harus
berlatih agar dapat melakukan kegiatan eliminasi secara mandiri; Pukul 10.00
mengukur TTV, TD: 130/70 mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 70x/mnt, Pernafasan: 32x/mnt.
Pukul 12.00 memberikan makanan siang dengan diet lunak; Pukul 14.30 mengikuti
visite dokter dengan instruksi pasien dapat pulang.
Evaluasi:
Tanggal 19 Juni 2012
Subjektif: Pasien mengatakan lemas, dan mual.
Objektif:
Pasien telihat lemas, kesadaran
CM, S: 37°C, N: 82 x/mnt , RR 32 x/mnt, TD: 130/70 mmHg, oedeme (-), mual (+)
muntah (-) flatus (+) BAB (+) agak keras kecoklatan, BAB (+) kuning jernih.
Analisa: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon
tubuh akibat luka post-op.
Perencanaan:
a.
Menjelaskan
batasan aktifitas pasien sesuai kondisi.
b.
Meningkatkan
aktifitas secara bertahap.
c.
Merencanakan
waktu istirahat sesuai jadwal.
d.
Memotivasi
peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Berdasarkan
pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori telah ditemukan pada kasus Tn.
T adalah mual, muntah, dan tidak ada nafsu makan. Hal ini dikarenakan pada saat
pengkajian, pasien masih dalam pengaruh anastesi yang berefek pada tubuh dan
sistem pencernaannya. Pasien masih terlihat lemas dan berhati-hati saat
bergerak.
Hernia
adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah segmen dari perut
atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat juga menembus
melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal, melewati
diafragma, atau melewati struktur lainnya di rongga abdominal. (Ignatavicius,
Donna, et.All. Medical Surgical Nursing.
Philadelphia: W.B Saunders Company,2000)
Hernia
adalah masuknya organ kedalam rongga yang disebabkan oleh prosesus vaginalis
berobliterasi (paten). (Mansjoer, Arief, Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta,2000). Hernia adalah suatu benjolan
diperut dari rongga yang normal melalui lubang congenital atau didapat.
Penyebab
penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti: Kongenital, Obesitas Pada
Ibu hamil, Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen. Dan
terlalu seringnya mengangkat beban berat.
Komplikasi
yang disebabkan dari Hernia Inguinalis adalah Hernia berulang, Kerusakan pada pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi
luka bedah, Luka pada usus (jika tidak
hati-hati), Setelah Herniografi dapat terjadi
Hematoma, Fostes urin dan feses, Residip, dan Komplikasi lama
merupakan atropi testis karena lesi.
(Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,1993).
Pembedahan
diindikasikan bila diagnosa Hernia telah ditegakkan. Antibotik diberikan sampai
pembedahan dilakukan. Analgetik juga dapat diberikan setelah diagnosa
ditegakkan. Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan hambatan yang
berarti, sedangkan faktor pendukung yang mempermudah penulis mendapatkan data
adalah kerjasama yang baik antara penulis dengan pasien disebabkan karena
pasien yang sangat kooperatif dan terbuka dalam mengemukakan keluhan yang
dirasakannya, selain itu adanya bantuan dari perawat ruangan yang membantu
memberikan informasi pada penulis, juga tersedianya alat-alat pemeriksaan fisik. (Syamsul Hidayat R. dan Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Jakarta: EGC, 2005)
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada
tahap ini, penulis membedakan kesenjangan antara diagnosa teoritis dengan yang
ditemukan pada kasus menurut Doenges, Marilynn E.
(Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC,2000).
Dari
Diagnosa menurut Doenges, Penulis mengemukakan
bahwa diagnosa yang sesuai dengan kasus yang dialami Tn.T, yaitu:
1. Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)
2. Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
3. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
Diagnosa keperawatan ini muncul
karena kurangnya
pengetahuan tentang perawatan dan penyakit berhubungan dengan status kesehatan Tn.T. tentang batasan
tolerasi aktifitas pasien.
C.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Dalam
menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Herniatomi, penulis membuat
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
tercapai seperti perencanaan yang terdapat pada kasus dan tidak berbanding
terbalik dengan teoritis yang dikemukakan para ahli.
1. Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit).
Rencana Keperawatan:
a. Mengkaji
tanda-tanda nyeri pasien.
b. Mengajarkan
tehnik relaksasi.
c. Memberikan
posisi semi fowler.
d. Memerikan
informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.
e. Kolaborasi
dalam pemberian terapi.
2. Nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)
Rencana
Keperawatan:
a. Mengkaji
pengalaman nyeri pasien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.
b. Memantau
keluhan nyeri.
c. Mengajarkan
tehnik relaksasi.
d. Menganjurkan
mobilisasi dini.
e. Kolaborasi
dalam pemberian terapi.
3. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.
Rencana
Keperawatan:
a. Menjelaskan
batasan aktifitas pasien sesuai kondisi
b. Meningkatkan
aktifitas secara bertahap.
c. Merencanakan
waktu istirahat sesuai jadwal.
d. Memotivasi
peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
D.
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu
pada perencanaan yang telah disusun dalam perencanaan keperawatan. Pada tahap
ini penulis melakukan tindakan berdasarkan prioritas masalah yang ditetapkan.
Semua intervensi yang direncanakan telah dilakukan, dalam melakukan
implementasi, pasien dan keluarga sangat antusias dalam membantu terlaksananya
proses pelaksanaan, sehingga tercapainya tujuan yang diharapkan.
Pada diagnosis nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), telah dilakukan tindakan
keperawatan, yaitu: Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien, mengajarkan tehnik
relaksasi, memberikan posisi semi fowler, memberikan informasi yang akurat
untuk mengurangi rasa sakit, dan kolaborasi dalam pemberian terapi.
Pada
diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah),
telah dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji pengalaman nyeri pasien,
dan menetukan tingkat nyeri yang dialami, memantau keluhan nyeri, mengajarkan
tehnik relaksasi, menganjurkan mobilisasi dini dan kolaborasi dalam pemberian
terapi.
Pada
diagnosis Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka
post-op, telah dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Menjelaskan batasan
aktifitas pasien sesuai kondisi, meningkatkan aktifitas secara bertahap,
merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal, memotivasi peningkatan dan memberi
penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan
tahap akhir dari Asuhan Keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan dan tindakan keperawatan. Pada tahap ini, penulis akan mengevaluasi
hasil tindakan yang telah dilakukan. Dari ketiga diagnosa tersebut, akan
penulis paparkan penjelasan tentang hasil evaluasi pada kasus Tn.T.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan
trauma jaringan (usus terjepit), masalah teratasi sebagian, karena pasien
mengatakan rasa nyeri telah berkurang pada luka insisi pembedahan. Hasil
evaluasi: pasien terlihat lebih rileks dan keluhan nyeri berkurang.
Diagnosa nyeri berhubungan dengan
trauma jaringan post-op (insisi bedah) masalah sudah teratasi, karena pada saat dilakukan perawatan, luka tampak luka bersih,
tidak terdapat perdarahan dan pembengkakan, serta daerah di sekitar luka
operasi tidak terjadi kemerahan/infeksi, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Hasil evaluasi: Skala nyeri sedang, keluhan nyeri berkurang, dan pasien dapat
istirahat dengan tenang.
Diagnosa
intoleransi
aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, masalah telah
teratasi. Karena pada hari kedua setelah post-op pasien sudah mampu duduk dan
melakukan aktifitas eliminasi sendiri. Pada hari
ketiga pelaksanaan asuhan keperawatan pasien sudah dapat berjalan dan diizinkan
untuk pulang. Hasil evaluasi: Pasien lebih rileks, dan keluhan nyeri 0.
BAB
V
EVALUASI
A. KESIMPULAN
Setelah mendalami
dengan teliti melalui pembandingan antara konsep medik dan konsep pemberian asuhan
keperawatan pada pasien Herniatomi dengan kenyataan kasus yang penulis hadapi,
maka ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, diantaranya sebagai
berikut.
Hernia adalah menonjolnya suatu
organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui sebuah defek
Kongenital atau yang didapat. Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih)
memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr. Jan Tambayong. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC,2000.)
Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :
1.
Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan
salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan
intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau
latihan-latihan.
2.
Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan
tekanan intra-abdomen karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan
mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada
tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intra-abdomen.
5.
Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.
Menurut Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,1993. Komplikasi
yang dapat terjadi dari Hernia Inguinalis adalah Hernia berulang, Kerusakan pada pasokan darah, testis dan saraf, Pendarahan yang berlebihan / infeksi
luka bedah, Luka pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah Herniografi dapat terjadi
Hematoma, Fostes urin dan feses, Residip, dan Komplikasi lama
merupakan atropi testis karena lesi.
Melihat
perkembangan penyakit Hernia dan masalah yang
ditimbulkan, perlu deteksi dini untuk mendapatkan tindakan yang tepat agar
tidak terjadi komplikasi. Salah satu tindakan yang tepat adalah pembedahan,
karena pembedahan akan menyingkirkan atau mengurangi gejala dari komplikasi.
Lingkungan
dan pola hidup serta aktifitas pasien juga mendukung timbulnya penyakit yang
ada hubungannya dengan resiko timbulnya Hernia. Ini diperlukan peningkatan
pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan kepada pasien untuk
dapat membantu proses penyembuhan penyakit.
Hernia
kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan
dengan melemahnya otot-otot normal. Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di
mana mereka muncul. Sekitar 75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga
dikenal sebagai hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar 10% adalah hernia
ventral atau insisional dinding abdomen, 3% adalah Hernia umbilikalis. Jenis
lain dapat mencakup hiatus hernia dan diafragmatik Hernia.
B.
SARAN
Berdasakan
kesimpulan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai bahan
pertimbangan yang ada kaitannya dengan masalah Hernia. Adapun saran yang
penulis sampaikan adalah:
a.
Bagi pasien:
Diharapkan
agar pasien melatih penguatan otot yang mungkin dapat membantu menjaga berat
badan normal, sehat secara fisik, dan menggunakan teknik mengangkat yang tepat
dapat mencegah Herniasi. Karena awal pengkajian dan diagnosis Herniasi sangat
membantu dalam pencegahan tercekik. Setelah Herniasi terjadi, individu harus
mencari perhatian medis dan menghindari mengangkat dan tegang, yang
berkontribusi pada cekikan.
b.
Bagi perawat dan tenaga kesehatan:
Selalu
mengingatkan pasien tentang cara-cara membatasi terjadinya kontribusi cekikan
yang memperparah kondisi pasien.
c.
Bagi siswa:
Memberikan informasi yang benar kepada lingkungan
sekitar tentang batasan-batasan mengangkat beban yang berat, mengedan dan
faktor-faktor ain yang dapat menimbulkan Hernia.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan
Kartono,dkk. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.
Doenges, Marilynn E. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC
dr. Jan Tambayong, 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
dr. Taufan
Nugroho, 2011. Kumpulan Asuhan
Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam. Jakarta:
Hand
out. 2007. hospitalisasi.
Prodi keperawatan, Semarang.
Ignatavicius,
Donna, et.All. 2000. Medical Surgical
Nursing. Philadelphia: W.B SaundersCompany.
John L.
Cameron. 1997. Current Surgical Therapy.
Jakarta: Binarupa Aksara.
LeMone, and
Burke, M.K. 2000. Medical Surgical
Nursing:Critical Thinking in ClientCare. Second Edition. New Jersey:
Prentie-Hall,Inc.
Lewis,
Heitkemper, Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management
of Clinical Problem. Volume 2. Fifth
Edition. Mosby.
Lewis,
Heitkemper, Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management
of Clinical Problem. Volume 2. Fifth
Edition. Mosby.
Long C, Barbara, 1996. Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2.
Jakarta: EGC
Mansjoer,
Arief, 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Jilid 1. Jakarta: EGC
Oswari E.
1993. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia.
Seymour I.
Schwartz, et.All 2000. Principles of
Surgery. Companion handbook. Jakarta: EGC.
Syamsuhidayat, et.al. 2002. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta :
EGC.
Syamsul
Hidayat R. dan Wim De Jong, 2005. Buku
Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Tambayong,
dr. Jan.2000.
Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wong, 2004. Wong’s
nursing care of infant and children. St.
Louis.