MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
AL-QURAN DAN IPTEK
KELAS: XII KEPERAWATAN I
SMK KESEHATAN LOGOS
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT,
atas petunjuk dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Ujian Praktek
Agama Islam ini untuk penambahan ilmu pengetahuan dan untuk memenuhi keperluan
nilai dan penambahan sebagai salah satu sumber/media pembelajaran dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tidak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih kepada orangtua kami yang telah mendukung kami selama menjalani
pendidikan di SMK Kesehatan Logos, dan teman-teman yang telah bekerja sama
untuk menyelesaikan tugas ini.
Tugas ini berisi tentang definisi alqur’an dan iptek,
hadist-hadist tentang al-qur’an dan iptek, serta pembahasan-pembahasan lain
yang akan kami ulas di pembahasan materi. Di Tugas ini, kami sebagai penyusun Tugas
Agama Islam sangat berterimakasih kepada Bapak/Ibu guru, karena telah memberi
ilmu pengetahuan kepada kami tentang ilmu pelajaran yang diberikan kepada kami
selama ini.
Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam
mengerjakan tugas ini, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun akan kami terima dengan senang hati, guna penyempurnaan tugas-tugas
berikutnya.
05
Februari 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................
2
DAFTAR
ISI.................................................................................................
3
1.
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................
4
1.
LATAR BELAKANG
2.
TUJUAN PENULISAN
3.
MANFAAT
4.
RUMUSAN MASALAH
2.
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI...................................................................... 6
1.
PENGERTIAN AL-QUR’AN
2.
PENGERTIAN SAINS DAN
PENGETAHUAN
3.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF ADANYA
IPTEK
4.
FAKTA-FAKTA YANG
TERKANDUNG DI AL-QUR’AN TENTANG IPTEK
3.
BAB III
PENUTUP............................................................................................
24
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN-SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Tolak
ukur era modern
ini adalah sains
dan teknologi. Sains
dan Teknologi mengalami
perkembangan yang begitu
pesat bagi kehidupan manusia. Dalam setiap waktu para ahli dan ilmuwan
terus mengkaji dan meneliti sains dan teknologi sebagai penemuan yang paling
canggih dan modern. Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan pada abad ini. Oleh
karena itu, apabila ada suatu bangsa
atau negara yang tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau negara itu dapat dikatakan
negara yang tidak maju dan terbelakang.
Islam adalah satu-satunya agama samawi
yang memberikan perhatian besar
terhadap ilmu pengetahuan. Islam
tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan
bereksperimen dalam hal apapun,
termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi
adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya.
Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam
semesta ini, dianugerahkan kepada manusia
sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Salah satu keagungan nikmat yg dikaruniakan Allah bagi umat
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah nikmat ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan
dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan
manusia sebagai hamba
Allah dan khalifah-Nya karena Allah telah mengaruniakan
anugerah keni’matan kepada manusia yg bersifat saling melengkapi yaitu anugerah
agama dan kenikmatan sains dan teknologi.
2.
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan penulisan dari pembuatan
makalah ini adalah:
a. Untuk
lebih memahami tentang keterkaitan antara
Al-qur’an dengan kemajuan
Ilmu pengetahuan dan teknologi.
b.
Mengetahui unsur-unsur yang terkait
pada hadist tentang Al-qur’an dan iptek.
c.
Untuk
mengetahui perspektif serta motivasi islam dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.
3.
MANFAAT:
Manfaat
penyusunan makalah pengamatan ini untuk kepentingan teoritis, yaitu:
a.
Untuk
menambah khazanah keilmuan tentang Ilmu pengetahuan dalam islam sehingga dapat
mewarnai menambah pengetahuan siswa/i.
b. Diharapkan dapat memberi informasi
tambahan atau pembanding bagi peneliti lain dengan masalah sejenis.
c.
Untuk
kepentingan praktis, yaitu kontribusi terhadap pemikiran Islam serta
menghadirkan Islam secara lebih komprehensif.
4.
.RUMUSAN
MASALAH
a.
Bagaimanakah
perkembangan sains dan teknologi, serta karakteristik dan sumbernya.
b. Bagaimanakah pandangan islam terhadap
akal dan wahyu.
c. Bagaimanakah motivasi islam dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
AL-QUR’AN
Al-Qur’an
secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti
“bacaan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai
sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam
mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal
ibadah.
Al-Qur’an
adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala
sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu
harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk ilmu pengethuan,
di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah terkafer
di dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan manusia, baik yang
berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia (Hablum minannas);
alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu
agama, umum dan sebgaianya.(Q.S. Al-an’am: 38). Lebih lanjut Achmad Baiquni
mengatakan, “sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di
dalam Al-Qur’an”.
2. PENGERTIAN SAINS DAN PENGETAHUAN
Menurut
wikipedia bahasa Indonesia “Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang
arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains
merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan
bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan
mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak
dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably
Joint" (Agus. S. 2003: 11)
Sains merupakan langkah-langkah yang
ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari
penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis
dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar
dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas. Sains
mempelajari aspek-aspek fisik & non manusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu
alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni. Tingkat kepastian sains atau ilmu
alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam
lazim juga disebut ilmu pasti.”
Sains dan
ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci
Al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105
kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali. Sains
merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam
ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang
tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan,
pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu
yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan
dikenal istilah “ sains mengenai waktu-waktu tertentu
Banyak lagi
ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan
teknelogi, seperti untuk menunaikan ibadah haji, bedakwah menyebarkan agama
Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan
garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya
tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain
sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.
3.
DAMPAK
POSITIF DAN NEGATIF ADANYA IPTEK
Dampak positif dari adanya IPTEK adalah sebagai berikut :
a.
Mampu meringankan masalah yang dihadapi
manusia.
b. Mengurangi pemakaian bahan – bahan alami yang semakin langka.
c.
Membuat segala sesuatunya menjadi lebih
cepat.
d.
Membawa manusia kearah lebih modern.
e.
Menyadarkan kita akan keesaan Allah SWT
f.
Menjawab pertanyaan yang dari dulu
diajukan oleh nenek moyang kita melalui penelitian ilmiah.
Dampak negatif dari adanya IPTEK adalah sebagai berikut :
a.
Dengan segala sesuatunya yang semakin
mudah, menyebabkan orang – orang menjadi malas berusaha sendiri.
b.
Menjadi tergantung pada alat yang
dihasilkan oleh IPTEK itu sendiri.
c.
Melupakan keindahan alam.
d.
Masyarakat lebih menyukai yang instan.
e.
Dengan memanipulasi makanan yang ada,
menyebabkan masyarakat kurang gizi.
f.
Kekhawatiran masyarakat terhadap IPTEK
yang semakin maju menyebabkan peradaban baru.
4.
FAKTA-FAKTA
YANG TERKANDUNG DI AL-QUR’AN TENTANG IPTEK
Al-Qur’an, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW secara lisan dan berangsur-angsur antara tahun 610 hingga 632 M
atau selama kira-kira 22 tahun, dimana pada masa itu umat manusia khususnya
orang-orang Mekah dan Madinah masih dalam kegelapan dan buta huruf, telah
membuktikan kebenaran wahyunya melalui konsistensinya dan kesesuaiannya dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang ditemukan umat manusia pada masa
jauh setelah Muhammad. Berbagai contoh di bawah ini, menunjukkan bukti-bukti
kebenaran wahyu Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW tanpa bisa dibantah.
1) BENTUK BULAT PLANET BUMI
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan
(tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas
malam…” (Al Qur’an, 39:5)
Dalam Al Qur’an, kata-kata yang digunakan untuk
menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang
diterjemahkan sebagai “menutupkan” dalam ayat di atas adalah “takwir”. Dalam kamus bahasa
Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus
atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban
dipakaikan pada kepala.
Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang
siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat
mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini
berarti bahwa dalam Al Qur’an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah
diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.
Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu
memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang
datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan
ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur’an berisi informasi yang hanya mampu kita
pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur’an adalah firman Allah,
maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya
ketika menjelaskan jagat raya. Rasanya tidak mungkin Allah menyebutkan secara langsung bahwa bentuk bumi
adalah bulat, karena ini akan bertentangan dengan keyakinan manusia pada waktu
itu. Lebih jauh, Allah menyuruh manusia untuk berfikir dan memahami segala
ciptaan-Nya yang tak terbatas luasnya ini.
2) PROSES
PENCIPTAAN HUJAN DAN SALJU
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah
mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian
menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari
celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit,
(yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka
ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya
dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir
menghilangkan penglihatan.” (Q.S An-Nur: 43).
Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang
dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan
tahap-tahap pembentukan hujan.
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan
baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan
terlihat. Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad
yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan. Kini,
mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.
Tahap ke-1 : "...Tidaklah
kamu melihat bahwa Allah mengarak awan…"
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan
pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air
tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu
diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini,
yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di
sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan
mekanisme yang disebut "perangkap air".
Tahap ke-2 : “...kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih..."
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir
garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini
sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu
bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan
awan-awan.
Tahap ke-3 : "…Maka
kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga)
menurunkan (butiran-butiran) es dari langit…"
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel
-partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang
menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah
sebagai hujan.
3) FENOMENA
BERPASANG-PASANGAN ATAS SEGALA SESUATU
Al-Qur-an yang berulang-ulang menyebut adanya
pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka
yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun
dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” (QS. 36:36)
Kita dapat mengadakan hipotesa
sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman
Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya
susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau
benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang
penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara
gamblang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan
Sains masa ini.
Meskipun gagasan tentang “pasangan”
umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan
“maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan
yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap.
Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara
berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933.
Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan
lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan
dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan
positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah
sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan …
dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan
dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap
tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur
besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui
ledakan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis
sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin
diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.
4) TEORI
DENTUMAN BESAR (BIG BANG) DAN AJARANNYA
Pendapat kaum materialis yang berlaku selama beberapa abad hingga awal abad
ke-20 menyatakan, bahwa alam semesta memiliki dimensi tak terbatas, tidak
memiliki awal, dan akan tetap ada untuk selamanya. Menurut pandangan ini, yang
disebut "model alam semesta yang statis", alam semesta tidak memiliki
awal maupun akhir.
Dengan memberikan dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini menyangkal
adanya Sang Pencipta, dengan menyatakan bahwa alam semesta ini adalah kumpulan
materi yang konstan, stabil, dan tidak berubah-ubah. Namun, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi abad ke-20 menghancurkan konsep-konsep primitif
seperti model alam semesta yang statis. Saat ini, pada awal abad ke-21, melalui
sejumlah besar percobaan, pengamatan, dan perhitungan, fisika modern telah
mencapai kesimpulan bahwa alam semesta memiliki awal, bahwa alam diciptakan
dari ketiadaan dan dimulai oleh suatu ledakan besar.
"Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada
Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan
mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu." (Surat al-Hadid: 1-2).
5) PEMUAIAN
ALAM SEMESTA
Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson di California, seorang
astronom Amerika bernama Edwin Hubble membuat salah satu temuan terpenting
dalam sejarah astronomi. Ketika tengah mengamati bintang dengan teleskop
raksasa, dia menemukan bahwa cahaya yang dipancarkan bintang-bintang bergeser
ke ujung merah spektrum. Ia pun menemukan bahwa pergeseran ini terlihat lebih
jelas jika bintangnya lebih jauh dari bumi. Temuan ini menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan. Berdasarkan hukum-hukum fisika yang diakui, spektrum sinar cahaya
yang bergerak mendekati titik pengamatan akan cenderung ungu, sementara sinar
cahaya yang bergerak menjauhi titik pengamatan akan cenderung merah. Pengamatan
Hubble menunjukkan bahwa cahaya dari bintang-bintang cenderung ke arah warna merah.
Ini berarti bahwa bintang-bintang tersebut senantiasa bergerak menjauhi kita. Tidak
lama sesudah itu, Hubble membuat temuan penting lainnya: Bintang dan galaksi
bukan hanya bergerak menjauhi kita, namun juga saling menjauhi. Satu-satunya
kesimpulan yang dapat dibuat tentang alam semesta yang semua isinya bergerak
saling menjauhi adalah bahwa alam semesta itu senantiasa memuai.
Harus dikatakan bahwa "volume nol" adalah istilah teoretis yang
bertujuan deskriptif. Ilmu pengetahuan hanya mampu mendefinisikan konsep
"ketiadaan", yang melampaui batas pemahaman manusia, dengan
menyatakan titik tunggal tersebut sebagai "titik yang memiliki volume
nol". Sebenarnya, "titik yang tidak memiliki volume" ini berarti
"ketiadaan". Alam semesta muncul dari ketiadaan. Dengan kata lain,
alam semesta diciptakan.
Fakta ini,
yang baru ditemukan oleh fisika modern pada akhir abad ini, telah diberitakan
Al Quran empat belas abad yang lalu:
"Dia Pencipta langit dan
bumi." (QS. Al An'am:101)
Jika kita
membandingkan pernyataan pada ayat di atas dengan teori Ledakan Besar, terlihat
kesamaan yang sangat jelas. Namun, teori ini baru diperkenalkan sebagai teori
ilmiah pada abad ke-20. Pemuaian alam semesta merupakan salah satu bukti
terpenting bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan. Meskipun fakta di atas
baru ditemukan pada abad ke-20, Allah telah memberitahukan kenyataan ini kepada
kita dalam Al Quran 1.400 tahun yang lalu:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa." (Surat Adz-Dzariyat:47)
Prof. George Abel dari University of California juga mengatakan bahwa sekarang telah ada bukti yang menunjukkan bahwa alam semesta bermula miliaran tahun yang lalu, yang diawali dengan Dentuman Besar. Dia mengakui bahwa dia tidak memiliki pilihan lain kecuali menerima teori Dentuman Besar.
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa." (Surat Adz-Dzariyat:47)
Prof. George Abel dari University of California juga mengatakan bahwa sekarang telah ada bukti yang menunjukkan bahwa alam semesta bermula miliaran tahun yang lalu, yang diawali dengan Dentuman Besar. Dia mengakui bahwa dia tidak memiliki pilihan lain kecuali menerima teori Dentuman Besar.
Dengan kemenangan teori Dentuman Besar, konsep "zat yang kekal"
yang merupakan dasar filosofi materialis dibuang ke tumpukan sampah sejarah.
Jadi, apakah yang ada sebelum Dentuman Besar, dan kekuatan apakah yang
menjadikan alam semesta ini "ada" melalui sebuah dentuman besar, jika
sebelumnya alam semesta ini "tidak ada"? Pertanyaan ini jelas
menyiratkan, dalam kata-kata Arthur Eddington, adanya fakta "yang tidak
menguntungkan secara filosofis" (tidak menguntungkan bagi materialis),
yaitu adanya Sang Pencipta. Kesimpulan ini sangat penting bagi pemahaman kita
tentang siapakah Tuhan, dan siapa atau apakah yang bukan Tuhan. Hal ini
mengajarkan bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, dan Tuhan tidak berada
di dalamnya Zat dan ruang/waktu diciptakan oleh Yang Maha Pencipta, yaitu Dia
yang terlepas dari gagasan tersebut. Sang Pencipta adalah Allah, Dia adalah
Raja di surga dan di bumi. Allah memberi tahu bukti-bukti ilmiah ini dalam
Kitab-Nya, yang Dia turunkan kepada kita manusia empat belas abad lalu untuk
menunjukkan keberadaan-Nya.
6) KESEMPURNAAN
DI ALAM SEMESTA
"Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah." (QS.
Al Mulk: 3-4)
Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya
bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam
keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan
dalam sistem yang ditempatinya masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri
atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui satu sama lain. Selama masa
peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para
astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan
alam semesta.
Di seluruh alam semesta, besarnya kecepatan benda-benda langit ini sangat
sulit dipahami bila dibandingkan dengan standar bumi. Jarak di ruang angkasa
sangatlah besar bila bandingkan dengan pengukuran yang dilakukan di bumi.
Dengan ukuran raksasa yang hanya mampu digambarkan dalam angka saja oleh ahli
matematika, bintang dan planet yang bermassa miliaran atau triliunan ton,
galaksi, dan gugus galaksi bergerak di ruang angkasa dengan kecepatan yang
sangat tinggi. Misalnya, bumi berotasi pada sumbunya dengan kecepatan rata-rata
1.670 km/jam. Dengan mengingat bahwa peluru tercepat memiliki kecepatan
rata-rata 1.800 km/jam, jelas bahwa bumi bergerak sangat cepat meskipun
ukurannya sangat besar. Kecepatan orbital bumi mengitari matahari
kurang-lebih enam kali lebih cepat dari peluru, yakni 108.000 km/jam. (Andaikan
kita mampu membuat kendaraan yang dapat bergerak secepat ini, kendaraan ini
dapat mengitari bumi dalam waktu 22 menit.)
Namun, angka-angka ini baru mengenai bumi saja. Tata surya bahkan lebih
menakjubkan lagi. Kecepatan tata surya mencapai tingkat di luar batas logika
manusia. Di alam semesta, meningkatnya ukuran suatu tata surya diikuti oleh
meningkatnya kecepatan. Tata surya beredar mengitari pusat galaksi dengan
kecepatan 720.000 km/jam. Kecepatan Bima Sakti sendiri, yang terdiri atas 200
miliar bintang, adalah 950.000 km/jam di ruang angkasa.ini tidak lain adalah
bukti kekuasaan Allah SWT yang maha sempurna.
"Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal
Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui
segala sesuatu. (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan
kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia;
dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah
Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu
bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka
(manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat
kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya." (QS. AlAn'am:
101-104).
7) ORBIT DAN
ALAM SEMESTA YANG BEROTASI
Salah satu sebab utama yang menghasilkan keseimbangan di alam semesta,
tidak diragukan lagi, adalah beredarnya benda-benda angkasa sesuai dengan orbit
atau lintasan tertentu. Walaupun baru diketahui akhir-akhir ini, orbit ini
telah ada di dalam Al Quran:
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (QS. Al Anbiya:33)
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur seperti pada roda gigi suatu mesin. Tata surya dan galaksi kita juga bergerak mengitari pusatnya masing-masing. Setiap tahun bumi dan tata surya bergerak 500 juta kilometer menjauhi posisi sebelumnya. Setelah dihitung, diketahui bahwa bila suatu benda langit menyimpang sedikit saja dari orbitnya, hal ini akan menyebabkan hancurnya sistem tersebut. Misalnya, marilah kita lihat apa yang akan terjadi bila orbit bumi menyimpang 3 mm lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.
"Selagi berotasi mengitari matahari, bumi mengikuti orbit yang
berdeviasi sebesar 2,8 mm dari lintasannya yang benar setiap 29 km. Orbit yang
diikuti bumi tidak pernah berubah karena penyimpangan sebesar 3 mm akan
menyebabkan kehancuran yang hebat. Andaikan penyimpangan orbit adalah 2,5 mm,
dan bukan 2,8 mm, orbit bumi akan menjadi sangat luas dan kita semua akan
membeku. Andaikan penyimpangan orbit adalah 3,1 mm, kita akan hangus dan
mati." (Bilim ve Teknik, Juli 1983).
8) GUNUNG
MENCEGAH GEMPA BUMI
"Dia
menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan
gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang." (QS. Luqman:10)\
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?" (QS. An-Naba:7)
Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung
sangatlah sesuai dengan ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling
signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-lempengan bumi,
yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini "mengikat"
lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut, pegunungan dapat disamakan
seperti paku yang menyatukan kayu. Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak
bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak
mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.
9) AIR LAUT TIDAK SALING BERCAMPUR
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru
ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Quran sebagai berikut:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing … Dari
keduanya keluar mutiara dan marjan.” (Al Qur’an, 55:19-20,22)
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak
bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru
ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan “tegangan permukaan”, air dari
laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa
jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah
terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972,
Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s.
92-93.)
Dari keduanya, dapat digali berbagai kekayaan alam
khususnya mutiara dan marjan. Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa
ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan
permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an.
Suatu fenomena lain yang sering kita dapatkan adalah
bahwa air lautan yang asin, dengan air sungai-sungai besar yang tawar tidak
bercampur seketika. Orang mengira bahwa Qur-an membicarakan sungai Euphrat dan
Tigris yang setelah bertemu dalam muara, kedua sungai itu membentuk semacam
lautan yang panjangnya lebih dari 150 km, dan dinamakan Syath al Arab. Di dalam
teluk pengaruh pasang surutnya air menimbulkan suatu fenomena yang bermanfaat
yaitu masuknya air tawar ke dalam tanah sehingga menjamin irigasi yang
memuaskan. Untuk memahami teks ayat, kita harus ingat bahwa lautan adalah
terjemahan kata bahasa Arab “Bahr” yang berarti sekelompok air yang besar,
sehingga kata itu dapat dipakai untuk menunjukkan lautan atau sungai yang besar
seperti Nil, Tigris dan Euphrat.
Dua ayat yang memuat fenomena tersebut adalah sebagai berikut:
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut
mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi
pahit, Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS.
25:53)
“Dan tidak sama (antara) dua laut. Yang ini
tawar segar sedap diminum, dan yang ini asin lagi pahit. Dan dari masing-masing
laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan
perhiasan yang dapat kamu memakainya.” (QS. 35:12)
Selain menunjukkan fakta
yang pokok, ayat-ayat tersebut menyebutkan kekayaan-kekayaan yang dikeluarkan
dari air tawar dan air asin yaitu ikan-ikan dan hiasan badan: batu-batu
perhiasan dan mutiara. Mengenai fenomena tidak campurnya air sungai dengan air
laut di muara-muara hal tersebut tidak khusus untuk Tigris dan Euphrat yang
memang tidak disebutkan namanya dalam ayat walaupun ahli-ahli tafsir mengira
bahwa dua sungai besar itulah yang dimaksudkan. Sungai-sungai besar yang
menuang ke laut seperti Missisippi dan Yang Tse menunjukkan keistimewaan yang
sama; campurnya kedua macan air itu tidak terlaksana seketika tetapi memerlukan
waktu.
10) DUA KODE
DALAM BESI
Besi adalah satu dari empat unsur yang paling berlimpah di bumi. Selama
berabad-abad besi merupakan salah satu logam terpenting bagi umat manusia. Ayat
yang berkenaan dengan besi adalah sebagai berikut:
"…Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia." (QS. Al Hadid:25)
"…Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia." (QS. Al Hadid:25)
Ayat ini melibatkan dua kode matematika yang sangat menarik.
"Al Hadid" (besi) adalah surat ke-57 di dalam Al Quran. Nilai numerik (dalam sistem "Abjad" Arab, setiap huruf memiliki nilai numerik) huruf-huruf dari kata "Al Hadid" jumlahnya sama dengan 57, yakni nomor massa besi.
Nilai numerik (Abjad) dari kata "Hadid" (besi) sendiri, tanpa penambahan "al", jumlahnya 26, yakni nomor atom besi.
"Al Hadid" (besi) adalah surat ke-57 di dalam Al Quran. Nilai numerik (dalam sistem "Abjad" Arab, setiap huruf memiliki nilai numerik) huruf-huruf dari kata "Al Hadid" jumlahnya sama dengan 57, yakni nomor massa besi.
Nilai numerik (Abjad) dari kata "Hadid" (besi) sendiri, tanpa penambahan "al", jumlahnya 26, yakni nomor atom besi.
11) KEGELAPAN DAN GELOMBANG DI
DASAR LAUTAN
“Atau seperti gelap
gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak
(pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia
mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang
tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya
sedikitpun.” (Al Qur’an, 24:40)
Keadaan umum tentang lautan yang dalam dijelaskan dalam
buku berjudul Oceans: Kegelapan dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada
kedalaman 200 meter atau lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai
cahaya. Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali.
(Elder, Danny; and John Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley
Publishers, s. 27)
Kini, kita telah mengetahui tentang keadaan umum lautan
tersebut, ciri-ciri makhluk hidup yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta
jumlah air, luas permukaan dan kedalamannya. Kapal selam dan perangkat khusus
yang dikembangkan menggunakan teknologi modern, memungkinkan para ilmuwan untuk
mendapatkan informasi ini. Manusia tak mampu menyelam pada kedalaman di bawah
40 meter tanpa bantuan peralatan khusus. Mereka tak mampu bertahan hidup di
bagian samudra yang dalam nan gelap, seperti pada kedalaman 200 meter. Karena
alasan inilah, para ilmuwan hanya baru-baru ini saja mampu menemukan informasi sangat rinci
tersebut tentang kelautan. Namun, pernyataan “gelap gulita di lautan yang
dalam” digunakan dalam surat An Nuur 1400 tahun lalu. Ini sudah pasti salah
satu keajaiban Al Quran, sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum ada
perangkat yang memungkinkan manusia untuk menyelam di kedalaman samudra.
Selain itu, pernyataan di ayat ke-40 surat An Nuur “Atau
seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan?” mengarahkan perhatian kita pada
satu keajaiban Al Quran yang lain. Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan
gelombang di dasar lautan, yang “terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan
air laut yang memiliki kerapatan atau massa jenis yang berbeda.” Gelombang yang
dinamakan gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan
dan samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih
tinggi dibanding lapisan air di atasnya. Gelombang internal memiliki sifat
seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana
gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia,
tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar
garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View
of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s. 205)
Pernyataan-pernyataan dalam Al Qur’an benar-benar
bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa adanya penelitian, seseorang hanya
mampu melihat gelombang di permukaan
laut. Mustahil seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar
laut. Akan tetapi, dalam surat An Nuur, Allah mengarahkan perhatian kita pada
jenis gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru
saja diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Al Qur’an
adalah kalam Allah.
12) MANFAAT SIDIK JARI
“Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak
akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun
(kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna.” (Al Qur’an, 75:3-4)
Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus.
Ini dikarenakan sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri.
Setiap orang yang hidup atau pernah
hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari
orang lain. Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang
sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh
penjuru dunia.
Akan tetapi, yang penting adalah bahwa keunikan sidik
jari ini baru ditemukan di akhir abad ke-19. Sebelumnya, orang menghargai sidik
jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al
Qur’an, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian
orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari,
yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.
13) PENENTUAN
JENIS KELAMIN BAYI
Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa
jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau setidaknya, dipercaya
bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki dan
perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al Qur’an, yang
menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan “dari air
mani apabila dipancarkan”.
“Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan
pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan.” (Al Qur’an, 53:45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah
ketepatan informasi yang diberikan Al Qur’an ini. Kini diketahui bahwa jenis
kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak
berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan
jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia
diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut “XY” pada pria,
dan “XX” pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut
yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang
mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang
mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari
penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada
dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah
menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel
kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom
X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari
wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan
lahir berjenis kelamin pria. Dengan kata
lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang
bergabung dengan sel telur wanita.
Tak satu pun informasi ini dapat diketahui
hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20. Bahkan di banyak masyarakat,
diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak wanita. Inilah mengapa
kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi perempuan. Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Al
Qur’an telah mengungkapkan informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini,
dan menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi
air mani dari pria.
14) BAGIAN
OTAK YANG MENGENDALIKAN GERAK KITA
“Ketahuilah,
sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.” (Al Qur’an,
96:15-16)
Ungkapan “ubun-ubun orang yang
mendustakan lagi durhaka” dalam ayat di atas sungguh menarik. Penelitian yang
dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang
bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian depan tulang
tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini selama kurun
waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al Qur’an telah menyebutkannya 1400 tahun
lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan
kita temukan daerah frontal cerebrum (otak besar). Buku berjudul Essentials of
Anatomy and Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian
tentang fungsi bagian ini, menyatakan: Dorongan dan hasrat untuk merencanakan dan
memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi frontal, dan bagian prefrontal. Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan,
memberi dorongan, dan memulai perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab
atas perkataan benar dan dusta.
Jelas bahwa ungkapan “ubun-ubun orang yang
mendustakan lagi durhaka” benar-benar merujuk pada penjelasan di atas. Fakta
yang hanya dapat diketahui para ilmuwan selama 60 tahun terakhir ini, telah
dinyatakan Allah dalam Al Qur’an sejak dulu.
15) REPRODUKSI
TUMBUH-TUMBUHAN
“Yang telah menjadikan bagimu sebagai
hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan dan
menurunkan dari langit air hujan, maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
berjenis-jenis dan tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” (QS. 20:53)
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk
mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami
beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang
menyimpannya.” (QS. 15:22)
“…Dan menjadikan padanya (bumi) semua
buah-buahan berpasang-pasangan…” (QS. 13:3)
Kita mengetahui bahwa “buah” adalah
hasil proses reproduksi daripada tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi yang mempunyai
organisasi (susunan anggauta) yang lengkap dan sangat kompleks. Tahap sebelum
menjadi buah adalah bunga dengan anggauta jantan (etamine) dan betina (ovules).
Ovul ini setelah menerima “pollen” menghasilkan buah, dan buah itu sesudah
matang menghasilkan biji. Tiap-tiap buah mengandung arti tentang adanya
anggauta jantan dan anggota betina. Inilah yang dimaksudkan oleh ayat tersebut
di atas. Tetapi kita harus ingat bahwa dalam beberapa
pohon, buah dapat dihasilkan oleh bunga yang tidak dikawin seperti pisang,
beberapa macam nanas, tin (fique), orange dan buah anggur. Buah tersebut tidak
berasal dari pohon yang mempunyai jenis seks.
Selesainya reproduksi terjadi dengan
proses tumbuhnya biji, setelah terbukanya tutup luar (yang mungkin juga
terpadat dalam biji). Terbukanya tutup luar itu memungkinkan keluarnya akar
yang akan menyerap makanan dari tanah. Makanan itu perlu untuk tumbuh-tumbuhan
yang lambat pertumbuhannya, yaitu untuk berkembang dan menghasilkan individu
baru. Suatu ayat memberi isyarat kepada pembenihan
ini.
“Sesungguhnya Allah membelah butir
tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan…” (QS. 6:95)
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Al-Qur’an
adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala
sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu
harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk ilmu pengethuan,
di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah terkafer
di dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan manusia, baik yang
berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia (Hablum minannas);
alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu
agama, umum dan sebgaianya.(Q.S. Al-an’am: 38). Lebih lanjut Achmad Baiquni
mengatakan, “Sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di
dalam Al-Qur’an”.
Sains dan
ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci
Al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105
kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali. Sains
merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam
ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang
tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan,
pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu
yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan
dikenal istilah “ sains mengenai waktu-waktu tertentu
Banyak lagi
ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan
teknelogi, seperti untuk menunaikan ibadah haji, berdakwah menyebarkan agama
Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan
garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya
tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain
sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.
2. SARAN
Ditujukan kepada masyarakat bahwa IPTEK adalah
salah satu bukti keesaan Allah SWT berdasarkan Al-qur’an, saran untuk
mengembangkan IPTEK dengan cara:
a. Kurangi pemakaian bahan – bahan alami yang semakin langka.
b.
Buatlah segala sesuatunya menjadi lebih
cepat.
c.
Membawa manusia kearah lebih modern.
d.
Menyadarkan kita akan keesaan Allah SWT
e.
Menggunakan teknologi modern sesuai
dengan peruntukannya.
f.
Tidak melupakan unsur keaslian dari ilmu
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
An-Najjar,
Zaghlul, Sains Dalam Hadits, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2011
Arya, Wardhan
Wisnu, Al-Qur’an dan Energi Nuklir, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.
Departemen Agama
RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI,
2009
Graham, Ian, Intisari Ilmu Ruang Angkasa, Jakarta: Erlangga, 2005
Kadir, Abdul, Energi, Salemba: Universitas Indonesia, 1982
Khalid, Allam
Ahmad, Al-Qur’an Dalam Keseimbangan Alam dan kehidupan,
Jakarta: Gemah Insani Press, 2005
Katsir, Ibnu, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya: P.T Bima
Ilmu Offsel, 1988
Musthafa, Al-Maraghi
Ahnmad, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: Karya Toha Putra,
1993
Utaya, Sugeng, Pendidikan Lingkungan
Hidup, Malang: Gema Insani Press, 2009